Wanita Mulia Cahaya Pertama....

Minggu, 29 April 2012

MAKALAH HADTS ARBA'IN

Disusun oleh : Azizah Nur Wahidah


DIRASAH ISLAMIAH II
Iman, Islam, Ihsan

Hadits Arba’in Imam An Nawawy
LEBIH DALAM MEMAHAMI
  HADITS II dan III



asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm




 

PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya berbagai kebaikan menjadi sempurna. Alhamdulillah wa subhanallah. Kita memuji-Nya seberat timbangan Arsy-Nya. Maha suci Allah sesuai dengan keridhaanNya. Maha suci Allah sebanyak tinta yang menulis kalimat-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,keluarganya,para sahabatnya,serta seluruh pengikutnya hingga yaumil akhir. Tak lupa ucapan  terimakasih saya kepada berbagai pihak yang telah memberi dukungan moriil maupun materil dalam pembuatan makalah ini, semoga Allah membalas kebaikan mereka di dunia dan diakhirat. J
Begitu banyak hadits Rasulullah SAW yang sarat makna dan diantaranya beberapa hadits yang wajib diketahui. Namun, Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membahas hadits kedua dan ketiga dari hadits arba’in karangan imam Nawawy
Dengan inti pembahasan mengenai poin-poin yang terkadung dalam islam, iman dan ikhsan, serta beberapa ciri –ciri kiamat, secara luas akan saya jabarkan namun disajikan melalui karya tulis ini dengan ringkas agar lebih efisien.
Melalui  makalah ini, saya berharap adanya manfaat yang besar bagi saya serta pembaca agar dapat memahami pondasi dienul islam dengan thayyib dan mampu mempraktekkannya dengan ihsan.
Demikian makalah ini saya sampaikan, semoga saran dan kritik yang membangun dapat  mengembangkan karya ini menjadi jauh lebih baik di kemudian hari.
Aamiin…




Bekasi, 06 April 2012
        Penulis,

Azizah Nur Wahidah

BAB II
INTI PEMBAHASAN
A.  HADITS II
Hadits kedua dari Hadist Arba’in karangan Syaikh  An-Nawawi telah di sebutkan :
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ]، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ .  
رواه مسلم
Dari Umar radhiallahuanhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang  membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia berkata: “ anda benar“.  Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata:  “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda:  “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)  berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)
Berdasarkan dari hadist ke II ini, maka ada beberapa intisari yang dapat kita kutip untuk  dijabarkan lebih luas lagi, yakni tentang islam, iman, ihsan, serta tanda-tanda hari kiamat.

1.  ISLAM
Telah disabdakan oleh nabi, bahwa makna islam, yakni terdiri dari lima perkara yang harus kita pahami dan laksanakan berdasarkan petunjuk yang Allah dan RasulNya ajarkan. Untuk melaksanakan kelima point yang terkandung dalam ISLAM, maka terlebih dahulu haruslah kita mengetahui arti serta makna dari kata ISLAM itu tersendiri.
ISLAM secara bahasa artinya tunduk, pasrah &  menyerahkan diri. Yakni dengan lapang dada dan ketaatan yang utuh dalam menjalankan syari’at ISLAM, siap berkorban jiwa dan raga demi agama yang telah diridhoi Allah dan RasulNya. Maka, inilah syarat utama dalam beragama islam, tunduk pada agama Allah dengan segala aturanNYA.
Sedangkan menurut istilah, ISLAM dapat diartikan sebagai syari’at Allah terakhir yang diturunkan-Nya kepada penutup para nabi dan rasul-Nya, Muhammad bin Abdullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagai bukti bahwa kita telah beragama islam, maka ada sebuah bentuk realisasi dari keyakinan ini. Inilah pondasi agama yang wajib dipahami tiap muslim manapun,

1.     SYAHADAT
                Syahadat (bersaksi) bahwaرَسُوْل اللهُ  لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad itu adalah Rasulullah. Syahadat ini merupakan kunci Islam dan pondasi bangunannya.
Makna syahadat la ilaha illallah ialah: tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah saja, Dialah ilah yang hak, sedangkan ilah selainnya adalah batil. Dan ilah itu artinya: sesuatu yang disembah.
Dan makna syahadat: bahwasanya Muhammad itu adalah rasulullah ialah: membenarkan semua apa yang diberitakannya, dan menta’ati semua perintahnya serta menjauhi semua yang dilarang dan dicegahnya.
2.      SHOLAT
Yakni, lima waktu setiap hari, Allah syari’atkan sebagai hubungan antara seorang muslim dengan Rabbnya. Di dalamnya kita bermunajat dan berdo’a kepada-Nya, di samping itu juga agar menjadi pencegah bagi muslim dari perbuatan keji dan munkar.
Dan Allah telah menyiapkan bagi yang menunaikannya kebaikan dalam agama dan kemantapan iman serta ganjaran, baik cepat maupun lambat. Maka dengan demikian seorang hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa dan kenyamanan raga yang akan membuatnya bahagia di dunia dan akhirat,
Perintah untuk sholat ini, sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti,
Hai orang-orang yang beriman, rukuklahh kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu, dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemeangan”.(QS. Al-Hajj : 77)
Dalam ibadah ini, Allah memerintahkan kita untuk sholat bukan berarti bahwa Allah yang membutuhkan kita. Allah terlalu sempurna untuk membutuhkan pertolongan makhlukNya. Sesungguhnya, ibadah kita ini, semata-mata demi kebaikan diri kita sendiri, bukan untuk orang lain, apalagi untuk Allah. Dengan ataupun tanpa sholat seluruh makhluk dibumi ini tak akan mengurangi ataupun meningkatkan KeMaha Agungan Allah sebagai Rabb yang maha merajai segalanya.
Sholat adalah tolak ukur ketakwaan seorang hamba di mata RabbNya. Didalamnya ada posisi terdekat antara seorang hamba dengan penciptanya, yakni di saat sujud, di dalam sholat pun, telah berulang kali Allah janjikan berbagai macam kebaikan yang berlipat, dan kemudahan dalam pelaksanaanya bagi orang-orang yang ikhlas mengharap ridhoNya semata.
Melalui sholat, dapat dibedakan mana hamba yang kafir, mana hamba yang mukmin. Begitu juga sebagai sarana untuk mengidentifikasi ciri-ciri dari orang munafik, yakni dia akan bermalas-malasan jika sholat sendiri, dan akan memperpanjang sholatnya saat dilihat orang lain. Dengan sholat juga, kita dapat mengukur kadar keimanan kita. Bila semakin kurang kita bersujud dalam sholat, maka semakin jauh dan rendahlah iman kita terasa…
Inilah amalan utama yang pertama kali dihisab pada hari kiamat olehNYA, apabila dari sholat kita telah baik, maka akan dinilai baik pula lah seluruh amalan-amalan kita yang lain dengan seizinNya. Oleh karena itu, jika kita ingin dinilai baik oleh Allah saat kita menghadapNya nanti, hendaknya kita memperbagus niat,bacaan, gerakan, serta kaidah-kaidah yang telah dicontohkan Rasulullah dalam melaksanakan Sholat.
Tiap muslim manapun pasti berharap bangunan agamanya kokoh, baik lagi mumtaz, dan sempurna tidaknya suatu bangunan pasti sangat berpengaruh pada kualitas pondasi awalnya. Muslim yang thayyib, senantiasa akan menjaga pilar utamanya kokoh menjulang dan selalu ada peningkatan dalam perawatan, agar tidak terjatuh dalam futur yang bisa berakibat kufur yang fatal dalam ibadah, terutama shalat fardu.
Puncak sholat ialah khusyu’ dan itu bukan hal yang mustahil ataupun berat bagi orang-orang yang menginginkannya dengan ikhlas, yakni dengan mulai meniatkan untuk sholat dari jauh-jauh waktu, sehingga sholat selalu dijadikan tujuan yang benar-benar dirindu, bukan sebagai beban yang harus segera digugurkan. Kemudian menyempurnakan wudhu dengan sunah-sunahnya baik disaat wudhu maupun sesudahnya. Hingga shalat sunnah, atau amalan-amalan lain yang dapat melatih konsentrasi kita sebelum ibadah puncak kita laksanakan dengan hikmat.
Setelah memahami bagaimana seharusnya hati bersikap dan apa saja keutamaan sholat, maka dalam prakteknya harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Sallallahu Alaihi Wassalam
Berikut Penjelasan Empat Belas Rukun Shalat yang  wajib kita amalkan
1. Berdiri tegak pada shalat fardhu bagi yang mampu
Dalilnya firman Allah 'azza wa jalla, "Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha (shalat 'Ashar), serta berdirilah untuk Allah 'azza wa jalla dengan khusyu'." (Al-Baqarah:238)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalatlah dengan berdiri..." (HR. Al-Bukhary)
2. Takbiiratul-ihraam, yaitu ucapan: 'Allahu Akbar', tidak boleh dengan ucapan lain Dalilnya hadits, "Pembukaan (dimulainya) shalat dengan takbir dan penutupnya dengan salam." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim)
 Juga hadits tentang orang yang salah shalatnya, "Jika kamu telah berdiri untuk shalat maka bertakbirlah." (Idem)
3. Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah adalah rukun pada tiap raka'at, sebagaimana dalam hadits,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah." (Muttafaqun 'alaih)
4. Ruku'
5. I'tidal (Berdiri tegak) setelah ruku'
6. Sujud dengan tujuh anggota tubuh
7. Bangkit darinya
8. Duduk di antara dua sujud
Dalil dari rukun-rukun ini adalah firman Allah 'azza wa jalla, "Wahai orang-orang yang beriman ruku'lah dan sujudlah." (Al-Hajj:77)
Sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, "Saya telah diperintahkan untuk sujud dengan tujuh sendi." (Muttafaqun 'alaih)
9. Thuma'ninah dalam semua amalan
10. Tertib antara tiap rukun
Dalil rukun-rukun ini adalah hadits musii` (orang yang salah shalatnya),
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk mesjid, lalu seseorang masuk dan melakukan shalat lalu ia datang memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu! Karena kamu belum shalat (dengan benar)!, ... Orang itu melakukan lagi seperti shalatnya yang tadi, lalu ia datang memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu!t Karena kamu belum shalat (dengan benar)!, ... sampai ia melakukannya tiga kali, lalu ia berkata: 'Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran sebagai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, saya tidak sanggup melakukan yang lebih baik dari ini maka ajarilah saya!' Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: 'Jika kamu berdiri hendak melakukan shalat, takbirlah, baca apa yang mudah (yang kamu hafal) dari Al-Qur`an, kemudian ruku'lah hingga kamu tenang dalam ruku', lalu bangkit hingga kamu tegak berdiri, sujudlah hingga kamu tenang dalam sujud, bangkitlah hingga kamu tenang dalam duduk, lalu lakukanlah hal itu pada semua shalatmu." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim)

11. Tasyahhud Akhir
Tasyahhud akhir termasuk rukun shalat sesuai hadits dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Tadinya, sebelum diwajibkan tasyahhud atas kami, kami mengucapkan: 'Assalaamu 'alallaahi min 'ibaadih, assalaamu 'alaa Jibriil wa Miikaa`iil (Keselamatan atas Allah 'azza wa jalla dari para hamba-Nya dan keselamatan atas Jibril 'alaihis salam dan Mikail 'alaihis salam)', maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jangan kalian mengatakan, 'Assalaamu 'alallaahi min 'ibaadih (Keselamatan atas Allah 'azza wa jalla dari para hamba-Nya)', sebab sesungguhnya Allah 'azza wa jalla Dialah As-Salam (Dzat Yang Memberi Keselamatan) akan tetapi katakanlah, 'Segala penghormatan bagi Allah, shalawat, dan kebaikan', ..." Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan hadits keseluruhannya. Lafazh tasyahhud bisa dilihat dalam kitab-kitab yang membahas tentang shalat seperti kitab Shifatu Shalaatin Nabiy, karya Asy-Syaikh Al-Albaniy dan kitab yang lainnya.
12. Duduk Tasyahhud Akhir
Sesuai sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika seseorang dari kalian duduk dalam shalat maka hendaklah ia mengucapkan At-Tahiyyat." (Muttafaqun 'alaih)
13. Shalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika seseorang dari kalian shalat... (hingga ucapannya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam) lalu hendaklah ia bershalawat atas Nabi."
Pada lafazh yang lain, "Hendaklah ia bershalawat atas Nabi lalu berdoa." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
14. Dua Kali Salam
Sesuai sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "... dan penutupnya (shalat) ialah salam."
Inilah penjelasan tentang syarat-syarat dan rukun-rukun shalat yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam setiap melakukan shalat karena kalau meninggalkan salah satu rukun shalat baik dengan sengaja atau pun lupa maka shalatnya batal, harus diulang dari awal.
SHOLAT, SEHAT DIFISIK, NIKMAT DI AKHIRAT...
Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sudut medis, shalat adalah gudang obat dari berbagai jenis pnyakit.
Allah, Sang Maha Pencipta, tahu persis apa yang sangat dibutuhkan oleh ciptaanNya, khususnya manusia. Semua perintahNya tidak hanya bernilai ketakwaan, tetapi juga mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu sendiri. Misalnya, puasa, perintah Allah di rukun Islam ketiga ini sangat diakui manfaatnya oleh para medis dan ilmuwan dunia barat. Mereka pun serta merta ikut berpuasa untuk kesehatan diri dan pasien mereka.
Begitu pula dengan shalat. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat pun mempunyai manfaat masing-masing. Misalnya:
Takbiratul Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancer ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancer. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah.
I’tidal
Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.


Sujud
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posis jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Duduk di antara sujud
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
Salam
Gerakan memutar kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.
Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia meneundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang di dalami Prof. Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan seseorang.
Setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Darah tidk akan memasuki urat saraf di dalam otak melainkan ketika seseorang sujud dalam shalat. Urat saraf tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini berarti, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti waktu shalat, sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Islam.
Riset di atas telah mendapat pengakuan dari Harvard University, Amerika Serikat. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan diri masuk Islam setelah diamdiam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Di samping itu, gerakan-gerakan dalam shalat sekilas mirip gerakan yoga ataupun peregangan (stretching). Intinya, berguna untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah di dalam shalat kita lebih banyak menggerakkan anggota tubuh, termasuk jari-jari kaki dan tangan.
Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Masih dalam posisi sujud, manfaat lain yang bisa dinikmati kaum hawa adalah otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus abdominis externus) berkontraksi penuh saat pinggul serta pinggang terangkat melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lebih lama yang membantu dalam proses persalinan. Karena di dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami, otot ini justru menjadi elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan dan mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).
Setelah melakukan sujud, kita melakukan gerakan duduk. Dalam shalat terdapat dua jenis duduk: iftirosy (tahiyat awal) dan tawaru’ (tahiyat akhir). Hal terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, di daerah ini terdapat tiga liang yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih. Saat tawarru’, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
Pada dasarnya, seluruh gerakan shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung dengan lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.
Menuru penelitian Prof. Dr. Muhammad Soleh dalam desertasinya yang berjudul “Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Neuroimunologi” dengan desertasi itu, Soleh berhasil meraih gelar doctor dalam bidang ilmu kedokteran pada program pasca sarjana Universitas Surabaya yang dipertahankannya beberapa waktu lalu.
Shalat tahajud ternyata bukan hanya sekedar shalat tambahan (sunah muakkad), tetapi jika dilakukan secara rutin dan ikhlas akan bisa mengatasi penyakit kanker. Secara medis, shalat tahajud mampu menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imunologi) khususnya pada imunoglobin M, G, A, dan limfositnya yang berupa persepsi serta motivasi positif. Selain itu, juga dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi.
Selama ini, ulama melihat ikhlas hanya sebagai persoalan mental psikis. Namun, sebetulnya permasalahan ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol dengan parameter kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah kortisol pada pagi hari normalnya antra 38-690 nmol/liter. Sedangkan pada malam hari atau setelah pukul 24.00, jumlah ini meningkat menjadi 69-345 nmol/liter.
“Kalau jumlah hormone kortisolnya normal, dapat diindikasikan bahwa orang tersebut tidak ikhlas karena merasa tertekan. Demikian juga sebaliknya,” ujarnya seraya menegaskan temuannya ini membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama Islam semata-mata dogma atau doktrin.
Menurut Dr. Soleh, orang stress biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan melakukan tahajud secara rutin dan disertai perasaan ihklas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respon imun yang baik serta besar kemungkinan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Berdasarkan perhitungan medis, shalat tahajud yang demikian menyebabkan seseorang memiliki ketahanan tubuh yang baik.
3.     PUASA
Puasa menurut bahasa ialah Saum (صوم) secara bahasa artinya menahan atau mencegah. Menurut syariat agama Islam artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim, sedangkan yang dimaksud dalam hadits “تَصُوْمَ رَمَضَانَ ” adalah berpuasa di bulan ramadhan, yakni tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga menahan hawa nafsu negative untuk dilatih pada bulan ramadhan dan diterapkan pada bulan-bulan selanjutnya hasil positive dari menahan hawa nafsu buruk yang sering kita lakukan. Dengan begitu pada bulan ramadhan lah kita berlatih menguasai diri, memperbaiki diri dari dalam, serta mendisiplinkan diri dengan hal-hal yang ma’ruf dan lebih bermanfaat untuk akhirat.
Saat berpuasa, orang hanya makan dua kali sehari, yaitu sahur dan buka puasa. Normalnya, kita makan tiga kali sehari, pagi, siang, dan malam.  Dengan pengurangan waktu makan tersebut, menurut dr Ari Fahrial Syam, Sp.PD, ahli penyakit dalam dari RSCM Jakarta, tubuh seharusnya lebih sehat.
"Pembatasan kalori selama berpuasa akan berdampak pada penurunan berat badan sekitar 5 persen di akhir puasa. Terjadi juga penurunan kolesterol dan asam urat. Gula darah juga lebih terkontrol," katanya.
Saat kita menjalankan puasa, organ pencernaan merenovasi atau membetulkan sel-sel yang rusak. Kemudian, daya serap pencernaan akan meningkat karena jika usus istirahat, kondisi organ pencernaan akan lebih optimal bekerja.
Berpuasa juga menjadi cara detoksifikasi yang aman dan tepat. Ketika berpuasa, racun-racun, sel lemak, dan juga sel-sel yang mati akan dikeluarkan dari tubuh.
Menurut sang dokter,Dampak lain dari pengurangan kalori adalah mengurangi radikal bebas dan meningkatkan anti-oksidan sehingga akhirnya akan memperlambat proses degenerasi organ-organ tubuh. manfaat kesehatan tersebut hanya bisa diwujudkan jika kita juga mengendalikan nafsu makan, terutama ketika berbuka puasa. Masalahnya, masih banyak orang yang berpikir kerja keras menahan lapar dan haus seharian harus dibalas dengan makanan yang terbaik saat berbuka.
Hikmah puasa adalah pembatasan asupan kalori, pembatasan makan. Selayaknya budaya balas dendam saat berbuka  itu kita redam. Kalau kita konsisten menjalani hal ini, mudah-mudahan hikmah mendapat kesehatan setelah berpuasa dapat tercapai
4.    ZAKAT
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Zakat berarti “tumbuh dan bertambah”. juga bisa berarti berkah, bersih, suci, subur dan berkembang maju. Dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita selaku umat muslim telah diwajibkan oleh Allah SWT untuk mengeluarkan zakat, seperti firman Allah Swt : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat“. (Surat An Nur 24 : 56).
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa orang yang mentaati perintah allah khususnya dalam menunaikan zakat niscaya Allah akan memberikan rahmat kepada kita dan akan dikembalikannya kita kepada kesucian/kembali fitrah seperti bayi yang baru dilahirkan ke alam muka bumi ini atau seperti kertas puti9h yang belum ada coretan-coretan yang dapat mengotori kertas tersebut, seperti firman-Nya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu bersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya dosa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi maha Mengetahui “. (Surat At Taubah 9 : 103).
SYARAT-SYARAT WAJIB UNTUK MENGELUARKAN ZAKAT
Islam; Zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam saja.
Merdeka; Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah, sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang persoalan hamba sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan hamba sahaya ini merupakan salah satu syarat yang tetap ada.
Milik Sepenuhnya; Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang yang beragama Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama antara orang Islam dengan orang bukan Islam, maka hanya harta orang Islam saja yang dikeluarkan zakatnya.
Cukup Haul; cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan mashehi.
cukup Nisab; Nisab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya. Kebanyakan standar zakat harta (mal) menggunakan nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas dijadikan ukuran nisab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas, saham, perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.
MACAM-MACAM ZAKAT
  • ZAKAT MAAL (HARTA)
  • ZAKAT UANG SIMPANAN
  • ZAKAT EMAS dan PERAK
  • ZAKAT PENDAPATAN/PROFESI
  • ZAKAT SAHAM dan OBLIGASI
  • ZAKAT AN’AM (BINATANG TERNAK)
  • ZAKAT FITRAH
Manfaat pemberian zakat antara lain :
1.         Mempererat hubungan si kaya dan si miskin.
2.        Agar tidak terjadi kejahatan dari orang – orang miskin dan susah yang dapat merusak ketertiban masyarakat. Firman Allah SWT, “Sekali-kali janganlah orang – orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka.” (Q.S. Ali Imran : 180)
3.        Guna membersihkan diri. Firman Allah SWT, “Ambillah zakat dari sebagian harta meraka. dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoakanlah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman mereka dan Allah Maha mendengar lagi mengetahui.” (Q.S. At Taubah: 103).
5. HAJI
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi Bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah

1. Melakukan ihram dari mîqât yang telah ditentukan

2. Wukuf di Arafah

3. Mabît di Muzdalifah, Mekah

4. Melontar jumrah ‘aqabah

5. Tahalul

6. Mabît di Mina

7. Tawaf ifâdah



2. IMAN
[1] IMAN KEPADA ALLAH
Iman terhadap wujud Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 15
Iman terhadap wujud Allah ditopang oleh fitrah, akal sehat, dalil syari’at dan juga indera. Secara fitrah setiap manusia pasti mengakui bahwa ada yang menciptakan dirinya, hal itu dia yakini tanpa perlu berpikir panjang atau pun belajar ilmu tertentu. Tidak ada yang menyimpang dari keyakinan ini selain orang yang sudah terpengaruh faktor lain yang menyimpangkannya dari fitrah tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap bayi dilahirkan pasti dalam keadaan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari).
Adapun secara akal maka sesungguhnya keberadaan makhluk yang ada sejak dahulu hingga sekarang ini semua menunjukkan pasti ada yang menciptakan mereka. Tidak mungkin mereka menciptakan dirinya sendiri, atau terjadi secara tiba-tiba tanpa pencipta. Maka tidak ada kemungkinan selain alam ini pasti diciptakan oleh Allah ta’ala. Allah berfirman (yang artinya), “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun yang ada sebelumnya ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri?” (QS. ath-Thur : 35). Ketika mendengar dibacakannya ayat ini maka Jubair bin Muth’im yang pada saat itu masih kafir mengatakan, “Hampir-hampir saja hatiku terbang, itulah saat pertama kali iman menyentuh dan bersemayam di dalam hatiku.” (HR. Bukhari).
Begitu pula adanya kitab-kitab suci yang semuanya berbicara tentang Allah, ini merupakan dalil syari’at tentang keberadaan/wujud Allah. Sedangkan secara indera adalah kita bisa menyaksikan terkabulnya doa yang dipanjatkan oleh orang. Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Nuh. Allah berfirman (yang artinya), “Dan Nuh, ingatlah ketika dia menyeru (Rabbnya) sebelum itu dan Kami pun mengabulkan doanya.” (QS. al-Anbiya’ : 72). Demikian pula apa yang disaksikan oleh umat para nabi berupa mukjizat nabi yang diutus kepada mereka. Seperti contohnya mukjizat nabi Musa yang membelah lautan dengan tongkatnya. Allah berfirman (yang artinya), “Maka Kami wahyukan kepada Musa pukulkanlah dengan tongkatmu ke laut itu, maka ia pun terbelah dan setiap sisinya menjadi setinggi gunung yang tinggi.” (QS. asy-Syu’ara’ : 63).


Iman terhadap Rububiyyah Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 19
Rabb adalah Dzat yang memiliki kuasa menciptakan, mengatur urusan dan memerintah. Kita wajib mengimani bahwa tidak ada pencipta, pengatur dan yang berhak memerintah semua makhluk selain Allah semata. Allah berfirman (yang artinya), “Ingatlah sesungguhnya menciptakan dan memerintah adalah hak-Nya.” (QS. al-A’raaf : 54). Allah juga berfirman (yang artinya), “Itulah Allah Rabb kalian. Sang pemilik kerajaan. Sedangkan sesembahan yang kalian seru selain-Nya tidaklah menguasai apapun walaupun hanya setipis kulit ari.” (QS. Fathir : 13). Tidak ada orang yang mengingkari hal ini kecuali dikarenakan kesombongan dan kecongkakan seperti halnya Fir’aun.
Orang-orang musyrik pun sudah mengakui hal ini bahwa tidak ada yang menguasai alam ini dan menciptakan langit dan bumi selain Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka pasti menjawab; yang menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. az-Zukhruf : 9). Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan mereka, maka pasti mereka akan mengatakan : Allah…” (QS. az-Zukhruf : 87).
Iman terhadap Uluhiyyah Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 21
Artinya kita mengimani bahwa hanya Allah sesembahan yang benar dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Sesembahan kalian adalah sesembahan yang esa. Tidak ada sesembahan selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163). “Demikian itulah kuasa Allah, Dia adalah sesembahan yang haq sedangkan segala yang diseru selain-Nya adalah sesembahan yang batil.” (QS. al-Hajj : 62). Maka segala sesuatu yang disembah selain Allah adalah batil. Oleh sebab itu dakwah yang diserukan oleh para rasul adalah sama yaitu, “Hai kaumku, sembahlah Allah. tidak ada sesembahan yang benar bagi kalian selain Dia.” (QS. al-A’raaf : 59).
Iman terhadap Asma wa Sifat Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 23
Yaitu dengan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang disebutkan oleh Allah atau rasul-Nya, di dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah sesuai dengan kemuliaan-Nya, tanpa menyimpangkan maknanya, tanpa menolak, dan tanpa menentukan bentuk dan caranya, serta tidak disertai dengan menyerupakannya dengan makhluk. Allah berfirman (yang artinya), “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syura : 11).
Dalam mengimani hal ini terdapat dua kelompok besar yang menyimpang yaitu mu’aththilah dan musyabihah. Mu’aththilah menolak nama, sifat ataupun sebagian darinya dengan alasan bahwa apabila kita menetapkan hal itu akan menyebabkan terjadinya penyerupaan Allah dengan makhluk. Hal ini jelas tidak benar karena itu sama saja mengatakan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat pertentangan. Padahal Allah sendiri yang menetapkan adanya nama atau sifat tersebut. Dan pertentangan ini sangat mustahil terjadi. Sedangkan kaum musyabbihah menetapkan nama dan sifat akan tetapi menyerupakan hakikatnya dengan nama dan sifat makhluk. Menurut mereka itulah yang dimaksud oleh dalil, padahal Allah sendiri menyatakan bahwa tidak ada yang serupa dengan-Nya. Maka menyerupakan Allah dengan makhluk jelas sebuah kebatilan, karena sama nama belum tentu hakikatnya sama.
[2] IMAN KEPADA MALAIKAT
Kandungan iman kepada malaikat
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 27
Malaikat adalah makhluk ghaib yang senantiasa taat beribadah kepada Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Allah menganugerahkan kepada mereka ketundukan yang penuh terhadap perintah-Nya dan kekuatan yang hebat sehingga dapat melaksanakannya. Jumlah mereka banyak, tidak ada yang dapat menghitung semuanya kecuali Allah. Hal itu sebagaimana diceritakan oleh Nabi dalam hadits Anas yang mengisahkan peristiwa mi’raj Nabi ke langit bahwa di baitul ma’mur ada tujuh puluh ribu malaikat yang mengerjakan shalat di sana; apabila mereka sudah keluar darinya maka mereka tidak lagi kembali (HR. Bukhari dan Muslim).Mengimani malaikat mengandung :
  • Keimanan terhadap wujud/keberadaan mereka
  • Mengimani nama-nama mereka yang kita ketahui dan keberadaan mereka meskipun tidak kita ketahui namanya
  • Mengimani sifat-sifat mereka yang diberitakan kepada kita
  • Mengimani perbuatan atau tugas mereka yang kita ketahui
Buah iman kepada malaikat
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 29
Iman kepada malaikat akan dapat membuahkan manfaat yang agung di antaranya :
  • Mengetahui kebesaran Allah ta’ala dan kemahakuasaan-Nya
  • Bersyukur kepada Allah atas perhatian-Nya kepada manusia di mana Allah menciptakan malaikat yang menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka
  • Mencintai ketaatan malaikat terhadap perintah Rabbnya
[3] IMAN KEPADA KITAB-KITAB
Kandungan iman kepada Kitab
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 32
Yang dimaksud dengan kitab di sini adalah kitab-kitab suci yang Allah turunkan kepada para rasul-Nya sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada manusia, petunjuk bagi mereka agar mereka bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Iman kepada kitab-kitab mengandung empat hal :
  • Mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah
  • Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui, adapun yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global
  • Membenarkan berita yang sahih yang terdapat di dalamnya sebagaimana berita-berita yang terdapat di dalam al-Qur’an dan berita-berita di dalam kitab suci terdahulu yang tidak diubah-ubah atau diselewengkan
  • Mengamalkan hukumnya yang belum dihapus oleh al-Qur’an dan merasa ridha dan pasrah kepada ketentuannya, sedangkan pemberlakuan kitab suci terdahulu telah dihapuskan semuanya oleh al-Qur’an
Buah iman kepada Kitab
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 33
Iman kepada kitab membuahkan :
  • Menyadari perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada masing-masing kaum sebagai petunjuk untuk mereka
  • Mengetahui kebijaksanaan Allah dalam menetapkan syari’at-Nya di mana Allah menetapkan syari’at yang sesuai dengan keadaan masing-masing kaum


Iman terhadap al-Qur’an
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 53
al-Qur’an adalah kalamullah, lafaz maupun maknanya. Diturunkan dari-Nya, bukan makhluk. Didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kemudian beliau menyampaikannya kepada para sahabatnya. Itulah yang kita baca dengan lisan kita, yang ditulis di dalam mushaf, dihafal di dalam dada dan kita dengar dengan telinga kita. al-Qur’an diturunkan kepada Nabi yang terakhir dan ia merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada manusia dan menghapus syari’at-syari’at terdahulu. al-Qur’an yang ada di tangan-tangan kita itulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan ia akan tetap ada hingga tiba waktunya diangkat di akhir zaman nanti. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunaikan tugasnya untuk menjelaskan al-Qur’an ini dengan ucapan, perbuatan dan ketetapannya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an agar kamu jelaskan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka dan supaya mereka mau berpikir.” (QS. an-Nahl : 44).
[4] IMAN KEPADA PARA RASUL
Definisi rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 34
Secara bahasa Rasul artinya orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu. Sedangkan pengertian rasul dalam syari’at adalah orang yang mendapatkan wahyu dengan syari’at serta diperintahkan untuk menyampaikannya. Rasul yang pertama adalah Nuh ‘alaihis salam, sedangkan rasul yang terakhir adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Kami telah wahyukan kepadamu al kitab sebagaimana Kami mewahyukan kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya.” (QS. an-Nisaa’ : 163). Allah juga berfirman (yang artinya), “Bukanlah Muhammad itu sekedar bapak dari salah seorang dari kalian akan tetapi dia adalah seorang utusan Allah dan penutup nabi-nabi.” (QS. al-Ahzab : 40).
Perbedaan nabi dengan rasul
Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 61
Nabi secara istilah adalah seorang lelaki merdeka yang mendapatkan berita dari Allah ta’ala dengan syari’at terdahulu untuk dia ajarkan kepada orang-orang di sekelilingnya yang telah menganut syariat terdahulu tersebut. Adapun rasul adalah lelaki merdeka yang mendapatkan berita dari Allah dengan syariat serta diprintahkan untuk menyampaikannya kepada kelompok orang yang tidak mengetahuinya atau kaum yang menyelisihinya dari kalangan orang-orang yang menjadi sasaran dakwahnya. Kenabian merupakan sayrat kerasulan, sehingga tidak bisa menjadi rasul kecuali nabi. Setiap rasul adalah nabi dan tidak sebaliknya. Rasul diutus kepada orang yang belum mengenal agama Allah dan syari’at-Nya atau kepada orang-orang yang telah mengubah syariat dan agama dalam rangka mengajari dan mengembalikan mereka kepada ajaran yang benar. Maka rasul adalah hakim di antara mereka. Sedangkan nabi hanya diutus untuk mendakwahkan syariat sebelumnya yang sudah ada.
Kandungan iman kepada para Rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 36
Iman kepada para rasul mengandung beberapa hal :
  • Mengimani bahwa risalah mereka adalah haq dari sisi Allah, maka barangsiapa yang mengingkari risalah salah satu saja di antara mereka sama saja dia telah kafir kepada mereka semua. Allah berfirman (yang artinya), “Kaum Nuh mendustakan seluruh rasul.” (QS. asy-Syu’ara’ : 105).
  • Mengimani rasul yang kita ketahui namanya, dan apabila tidak kita ketahui maka kita mengimani mereka secara global
  • Membenarkan berita yang benar-benar diberitakan oleh mereka
  • Mengamalkan syari’at rasul yang diutus kepada kita yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Buah iman kepada para Rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 38
Iman kepada rasul membuahkan berbagai faidah di antaranya :
  • Mengetahui rahmat Allah ta’ala dan perhatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah mengutus untuk mereka para rasul yang menunjukkan kepada mereka kepada jalan Allah dan menjelaskan kepada mereka tata cara beribadah kepada-Nya
  • Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini
  • Mencintai para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam dan mengagungkan mereka, memuji mereka dengan pujian yang sepantasnya karena mereka adalah para utusan Allah yang telah menunaikan dengan baik kewajiban beribadah kepada-Nya serta menyampaikan risalah kepada umat manusia.


Mencintai dan mengagungkan Rasulullah
Kitab Tauhid li Shafits Tsalits hal. 65
  • Wajib bagi setiap orang untuk mencintai Allah, bahkan hal itu tergolong ibadah yang paling agung. Dan salah satu konsekuensi kecintaan kepada Allah adalah kecintaan kepada Rasul. Nabi bersabda, “Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya daripada anak dan orang tuanya, dan dari seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  • Di samping itu kita juga dilarang melakukan perbuatan melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam memuji beliau. Beliau bersabda, “Janganlah kamu memujiku sebagaimana kaum Nashara memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah bahwa aku adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
  • Termasuk bentuk pengagungan kepada beliau adalah dengan menjunjung tinggi sunnah-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah ia (Muhammad) berbicara dengan hawa nafsunya, namun itu adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. an-Najm : 3-4). Dan kita juga tidak boleh sembarangan membicarakan sahih tidaknya hadits tanpa landasan ilmu.
[5] IMAN KEPADA HARI AKHIR
Kandungan iman kepada hari Akhir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 40
Hari akhir adalah hari tatkala umat manusia dibangkitkan dari kuburnya untuk dihisab dan dibalas amal-amalnya. Iman kepada hari akhir mengandung 3 hal :
  • Iman akan terjadinya hari kebangkitan; yaitu dihidupkannya orang-orang yang telah mati ketika ditiupnya sangkakala untuk kedua kalinya maka bangkitlah mereka untuk menghadap Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum berkhitan.
  • Iman terhadap adanya hisab dan pembalasan amal. Setiap orang akan dibalas berdasarkan amalnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari kebijaksanaan Allah ta’ala yang telah menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul serta mewajibkan umat manusia untuk menerima dan melaksanakan ajaran mereka, bahkan Allah juga memerintahkan untuk memerangi orang-orang yang menentang rasul-Nya, kalau seandainya setelah itu semua tidak ada balasan dan maka niscaya ini semua merupakan sebuah kesia-siaan yang Allah tentu saja terbebas darinya
  • Iman terhadap surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat tinggal abadi bagi manusia. Surga adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan yang Allah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Sedangkan neraka adalah negeri yang penuh dengan siksaan yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang kafir dan zalim.
Fitnah kubur dan siksa kubur
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 44
Kita juga wajib mengimani segala peristiwa yang terjadi setelah kematian, seperti :
  • Ujian di alam kubur. Yaitu pertanyaan kepada mayit setelah ia dikuburkan mengenai siapakah Rabbnya, apa agamanya dan siapa Nabinya. Pada saat itu Allah akan memberikan ketegaran bagi hamba-hamba-Nya yang beriman sehingga ia akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik.
  • Siksa dan nikmat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zalim yaitu orang munafik dan orang kafir. Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan tulus lagi jujur
Buah iman kepada hari Akhir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 46
Iman kepada hari akhir akan membuahkan :
  • Menumbuhkan semangat dalam melakukan ketaatan
  • Memunculkan perasaan takut untuk berbuat maksiat
  • Menghibur hati seorang mukmin yang mengalami kehilangan sebagian kenikmatan dunia
[6] IMAN KEPADA TAKDIR
Kandungan iman kepada Takdir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 53
Iman kepada takdir mencakup empat hal :
  • Mengimani bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci, baik yang terkait dengan perbuatan Allah sendiri ataupun perbuatan makhluk
  • Mengimani bahwa Allah telah menulis ilmunya di dalam Lauhul mahfuz sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi
  • Mengimani bahwa segala kejadian di alam ini tidak terjadi kecuali dengan kehendak Allah, baik hal itu berkaitan dengan diri-Nya ataupun makhluk
  • Mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan makhluk Allah, baik itu berupa dzat, sifat maupun gerak-geriknya
Kehendak manusia
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 54
Manusia tidak hidup dalam keadaan dipaksa, mereka memiliki pilihan dan kemampuan. Hal ini ditunjukkan oleh dalil syari’at maupun dalil kenyataan. Dalil dari syari’at antara lain firman Allah (yang artinya), “Maka baransgiapa yang berkehendak silakan mengambil jalan untuk kembali kepada Rabb-nya.” (QS. an-Naba’ : 39). Allah juga berfirman (yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah sekuat kemampuan kalian.” (QS. at-Taghabun : 16). Sedangkan dalil kenyataan menunjukkan bahwa setiap orang menyadari bahwa dirinya mempunyai kehendak dan kemampuan yang dengan itu dia bisa melakukan sesuatu atau meninggalkannya.
Buah iman kepada Takdir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 58
Iman kepada takdir akan menghasilkan :
  • Sikap bersandar kepada Allah dalam melakukan usaha
  • Menahan munculnya sikap ujub atau kagum terhadap diri sendiri
  • Tenang ketika menghadapi musibah yang menimpa
Macam-macam taqdir
Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 113
Takdir ada bermacam-macam :
  • Takdir umum yang mencakup segala sesuatu yaitu yang sudah Allah tetapkan sejak 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi
  • Takdir umri; yaitu takdir yang dituliskan ketika seoang bayi mulai mengawali kehidupannya di dalam rahim ibunya
  • Takdir sanawi; yaitu takdir yang dituliskan saat Lailatul Qadar di setiap tahunnya
  • Takdir yaumi; yaitu takdir yang dituliskan terjadi pada setiap harinya, baik itu terkait dengan rezeki, hidup maupun matinya seseorang
3. IHSAN
Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya kebaikan. Allah swt. berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini.
“Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (Al-Isra’: 7)
“Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (QS. Al-Qashash: 77)
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh makhluk Allah swt.
Landasan Syar’i Ihsan
Pertama, Al-Qur`anul Karim
Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam Al-Qur`an. Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan hal ini.
“Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil dan kebaikan….” (QS An-Nahl: 90)
“… serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….” (QS. Al-Baqarah: 83)
“Dan berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat maupun yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan para hamba sahayamu….” (QS. An-Nisaa`: 36)
Kedua, As-Sunnah
Rasulullah saw. pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang hamba. Bahkan, di antara hadist-hadist mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah saw. menerangkan mengenai ihsan —ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat Jibril tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan mengatakan, “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan baik.” (HR. Muslim)
B.    HADITS III
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْن الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ النبي صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: (بُنِيَ الإِسْلامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ الصَّلاةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البِيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ)
Terjemah hadits :
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma dia berkata: Sayamendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallambersabda: Islam dibangun di atas lima perkara; Bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa nabiMuhammad utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasaRamadhan.
(Riwayat Turmuzi dan Muslim).
Kandungan Hadist :
1. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam menyamakan Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak di atas tiang-tiang yang kuat.Hadits Arba'in Nawawy 15
2. Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaan-Nya, membenarkan kenabian Muhammad shallallahu`alaihi wa sallam , merupakan hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.
3. Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara sempurna dengan syarat rukunnya, adabadabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
4. Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang sudah terpenuhi syarat-syarat zakat lalumemberikannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan.
5. Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan) bagi setiap muslim.
6. Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.
7. Nash di atas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima, dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak ditunjukkan dalam hadits ini. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda:
 “ Iman itu memiliki tujuh puluh lebih cabang “Hadits Arba'in Nawawy 16
8. Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal.

DAFTAR PUSTAKA
ERA MUSLIM.COM
fdawj.co.nr
MAJALAH AR RISALAH eds 130
ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH. Yayasan At Tadzkiroh
Koreksi atas pemahaman Laa ilaha illallah karya muhammad quthub
Diktat fiqih dirasah islamiah II
Serta berbagai sumber lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar