Wanita Mulia Cahaya Pertama....

Selasa, 20 Maret 2012

BENTUK ASLI IBLIS(Pertemuan Nabi Yahya Dengan Iblis)

Oleh : Nafaro Afandi Lubis
“Apabila kamu membaca al-Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (Qs.An- Nahl: 98-100)

SEBUAH CERITA MENARIK

Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Iblis musuh Allah biasa mendatangi para Nabi dan berbincang-bincang dengan mereka dari sejak Nabi Nuh sampai Isa a.s. Dari semua, yang paling suka dijumpai olehnya adalah Nabi Yahya bin Zakariyya as. Suatu hari, dia mengunjungi Nabi Yahya as. Ketika dia hendak pergi, Nabi Yahya memanggilnya dan berkata, Wahai Abu Murrah (panggilan Iblis), ada yang ingin kupinta darimu, dan kuharap kau tak menolak permintaanku ini.
”Iblis menjawab, “Akan aku penuhi permintaanmu wahai Nabi Allah, apa itu?
Nabi Yahya berkata, ”Saya ingin kau mendatangiku dengan rupa aslimu, dan menunjukkan senjata tipu dayamu yang kau pakai untuk mencelakakan manusia.”
Iblis menjawab, ”Anda telah meminta hal yang besar dan berat bagiku, menjawabnya saja cukup menyusahkanku. Namun engkau sangat mulia dihadapanku, bagiku lebih aman menjawab permintaanmu daripada tidak, tetapi aku ingin saat itu tiada orang lain selain kau dan aku, aku tidak mau ada seorang pun selainmu.”
Mereka sepakat dalam menentukan waktu yang tepat untuk bertemu esok harinya. Setelah tiba waktunya dia pun datang menjelma dihadapan Nabi Yahya as. Ternyata, Iblis sepenuhnya berubah, berbalik rupa, besar menakutkan, dan buruk sekali. Tubuhnya seperti tubuh babi, wajahnya seperti wajah kera, kedua matanya panjang ke dalam, sedang mulutnya memanjang keluar, sekitar kepala dan giginya hanya terlihat tulang-tulang tanpa ada dagu atau jenggot, rambut di kepalanya sedikit, tajam dan tak karuan tumbuhnya, tangannya empat, dua di bahu dan dua disamping, jari-jari kakinya berada di bagian belakang dan tumitnya berada di bagian depan, jari tangannya ada enam, pipinya menonjol, hidungnya ke atas dan ada moncongnya seperti moncong burung, wajahnya mengarah tengkuknya, matanya berair, kakinya pincang, tubuhnya bersayap, bajunya kusut mengerut, memakai ikat pinggang seperti majusi, dengan tongkat-tongkat kecil menyantol disekitarnya, sekeliling bajunya ada kain-kain seperti kaos kaki yang berwarna warni, hitam, putih, merah, kuning, hijau, di tangannya ada lonceng besar, sedang di atas kepalanya ada telur, dan di ujung telur itu ada besi panjang bercabang.
Nabi Yahya as berkata, “Jelaskan padaku Wahai Abu Murrah (Nama Iblis) akan segala yang kulihat ini.”
Iblis menjawab, ”Wahai Nabi Allah sungguh aku takkan sudi mendatangimu seperti ini, kecuali karena memang aku mau memberitahumu segala yang kau mau tahu.”
Nabi Yahya bertanya, “Ada apa dengan ikat pinggang bajumu itu”?
Iblis menjawab, ”Demi menyerupai Majusi, karena akulah yang menciptakan pilar-pilarnya”?
Nabi Yahya bertanya, ”Kalau tongkat-tongkat kecil yang kau ikat disabukmu itu untuk apa?”
Iblis menjawab, ”Disitulah syahwat-syahwatku dan itulah alat-alat tipuanku. Saat merayu seorang mukmin, pertama sekali aku lewat perempuan, kalau dia tetap teguh pada Allah, maka aku membujuknya untuk mengumpulkan harta walau
haram, dan membuatnya rakus, kalau dia tetap teguh beriman dan menghindar dengan merasa cukup apa adanya (qanaah), maka aku mencobanya dari sisi minuman supaya mabuk, terus-menerus syahwat itu saya ulangi dari berbagai segi dan pasti sebagian akan mengena walaupun dia orang yang wara.”
“Wahai Nabi, ini adalah aneka warna celupan wanita, dan perhiasannya. Semasih ada wanita yang berpakaian mencolok sehingga terlihat, maka disitulah aku mempermainkan laki-laki menuju keindahan yang ada pada wanita.”
Nabi Yahya as, “Adapun lonceng yang ditanganmu itu untuk apa?”
Iblis menjawab, “Ini adalah muara alunan musik yang menggoyang dan paduan macam-macam suara alat musik, dari gitar biola, biola, gendang, terompet, hingga suara-suara ratapan dan lagu-laguan. Jika ada suatu kaum yang mengadakan pesta tidak baik, dan di sana terdapat alat-alat musik itu, maka ketika itu aku lihat mereka mulai menikmati, aku akan menggerakkan lonceng ini sehingga berbaur dengan suara musik mereka, dan mereka kemudian akan lebih merasakan enak dan tambah bergoyang, diantara mereka akan ada yang menggerakkan jari-jarinya, ada yang mengoyang-goyangkan kepalanya, dan ada juga yang bertepuk-tepuk tangan. Mereka akan terus begitu sampai kujerumuskan.
Nabi Yahya as bertanya lagi, “Bagaimana dengan telur yang ada di atas kepalamu?”
Iblis menjawab, “Wahai Nabi Allah, sebagaimana para Nabi, orang salih dan para ahli ibadah berlindung dariku dan dari semua tipu dayaku, maka telur ini adalah jimat perlindungan bagiku juga dari setiap kutukan.”
Nabi Yahya bertanya, “Kalau besi panjang yang ada diujungnya ini untuk apa?”
Iblis menjawab, ”Dengannyalah aku menbolak-balikkan hati orang-orang salih. Masih adakah yang kau ingin tanyakan? Katakanlah.
Nabi Yahya as berkata, “Ada apa dengan rupa dan bentukmu yang begitu buruk, berputar balik, dan munkar?”
Iblis menjawab, “Semua ini gara-gara ayahmu Adam. Sungguh dahulu aku termasuk malaikat yang terhormat. Aku bahkan tidak mengangkat kepalaku dari satu sujud selama 400 ribu tahun, kemudian aku mendurhakai-Nya waktu diperintah sujud kepada ayahmu Adam, sehingga Dia marah dan mengutukku. Rupaku pun berubah menjadi bentuk setan, padahal dahulu tiada dari para malaikat yang sosoknya lebih bagus daripadaku, aku jadi mamsukh, berbalik, terjelek, dan terburuk sebagaimana kau lihat Wahai Nabi Allah.”
Nabi Yahya berkata, “Pernahkah kau memperlihatkan rupa asli dan tipu dayamu sebagaimana adanya kepada yang lain?”
Iblis berkata, “Tidak, demi keagungan Tuhanku, semua ini tidak pernah dilihat oleh siapapun, dan aku telah memuliakanmu dengan memperlihatkan hanya kepadamu.
Nabi Yahya as bertanya, “Beritahukan kepadaku apa saja yang paling kau suka, paling kau pegangi, paling menghilangkan kesedihanmu, paling menyejukkan matamu dan paling menggembirakanmu?”
Iblis menjawab, “Saya takut nanti Anda akan menyebarkannya, sehingga mereka menjaga diri dan tipu dayaku akan sia-sia.”
Nabi Yahya as berkata, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan al-kitab dan menyebutkan dirimu, tipu dayamu, serta menjelaskan kepada para Nabi dan para Wali-Nya. Mereka juga sudah membentengi diri dengan berlindung kepada Allah. Adapun orang-orang sesat, Anda lebih utama atas mereka, sampai-sampai kau mempermainkan mereka seperti bola. Lagi pula perkataanmu tidak lebih mulia daripada firman Allah.”
Iblis kemudian menjawab, “Wahai Nabi Allah, yang paling aku suka, paling aku senangi, paling aku pegangi, dan yang paling menyejukkan mataku adalah wanita. Mereka adalah taliku, umpanku, dan anak panahku yang dengannya aku tidak bisa meleset. Kalau bukan karena mereka, maka menyesatkan manusia paling bodohpun aku kesusahan….
Selanjutnya Nabi Yahya as bertanya tentang dirinya sendiri, “Apakah ada kesempatan engkau untuk memperdayaku?”
Iblis menjawab, “Demi Allah tidak ada hal dapat memperdayamu. Namun ada yang aku sukai pada dirimu dan cukup sering engkau lakukan. Yaitu engkau termasuk orang yang suka makan banyak, sehingga membuat engkau lemas, berat, malas, dan ngantuk. Lalu Engkau tidur menyamping pada saat-saat yang biasanya engkau bangun mangun malam. Itulah yang kusuka.”
Setelah mengetahui hal itu Nabi Yahya berkata, “Saya berjanji kepada Allah Yang Maha Mulia dengan bernazar sampai saya keluar dari dunia untuk tidak pernah makan siang.”
Pada saat itu Iblis merasa marah dan sedih karena telah memberitahukan hal itu. Cerita ini telah memberikan gambaran umum kepada kita bagaimana cara Iblis dan setan mengorganisasi gerakannya untuk memperdaya manusia agar mengikutinya terjerumus kedalam lembah kehinaan dan neraka jahannam.

CARA SETAN MENGGODA MANUSIA

Dari ayat yang ditulis diawal tulisan ini, maka orang dapat digoda setan sebenarnya orang yang telah melupakan Allah Swt. Sedangkan setan selalu mengiringi setiap langkah kita dan menghancurkan hati kita karena setan punya siasat licik dan tipu daya. untuk itulah kita harus melakukan amal ibadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah swt. Itupun setan tak akan tinggal diam untuk menggoda kita, baik dikala kita sedang beribadah sehingga boleh jadi secara lahiriyah bagus dalam ibadah tapi dihati masih menyimpan kebusukkan. Sehingga ada pepatah “setaat-taatnya manusia beribadah kepada Allah, maka lebih taat lagi setan menggoda manusia.”
Setan menggoda manusia melalui 7 tahapan :
  1. Mengajak manusia untuk berbuat syirik (menyekutukan Allah), kekafiran, serta menentang Allah dan Rasul-Nya. Kalau berhasil ia akan bangga sekali, tetapi jika tidak berhasil ia akan menerapkan tahapan kedua.
  2. Mengajak manusia kepada bid’ah, yang menganggap apa yang dikerjakannya adalah ibadah sehingga lupa bertaubat.
  3. Setan mengajak manusia melakukan dosa besar dengan berbagai macam dan ragamnya. Jika gagal ia menerapkan cara keempat.
  4. Mengajak manusia untuk mengerjakan dosa-dosa kecil yang apabila terkumpul pada seorang hamba maka akan mencelakakannya. Kalau gagal tahap ini setan melanjutkan tahap selanjutnya.
  5. Setan akan menyibukkan manusia dengan hal-hal mubah yang tidak bermanfaat dan tidak berpahala walaupun tidak berdosa, akan tetapi ia kan menghabiskan umur tanpa hasil.
  6. Setan akan menyibukkan seorang hamba dengan amalan yang kurang berpahala agar melewatkan amalan-amalan yang besar pahalanya.
  7. Setan mengubah arah niat-niat amalan-amalan yang penuh ibadah.
Demikianlah, dalam soal menggoda setan akan menggunakan berbagai tipu muslihatnya. Ada sembilan puluh sembilan pintu kebaikan bagi orang-orang yang bertakwa, dan pada pintu yang ke seratus setan dapat menjebloskan kita dalam kenistaan. Sungguh sangat tragis! sebab boleh jadi setan yang mendorong kita untuk berbuat kebaikan-kebaikan, kemudian dengan siasatnya yang sangat halus ia menjerumuskan kita dalam kesesatan.

ISTI’AZAH: CARA MENGHINDAR DARI GODAAN SETAN

Isti’azah adalah meminta perlindungan kepada Allah swt dari godaan setan. Secara sederhana adalah dengan ucapan ’Audzubillahi minasy syaithanirrajiim, yang merupakan jalan bagi siapa saja untuk menghindari dari godaan setan. Namun, isti’azah tidak hanya memiliki dimensi ucapan, melainkan juga dimensi ruhaniah dengan keikhlasan dan tawakkal kepada Allah serta mengamalkan ajaran-ajaran-Nya. Karena wilayah setan itu hanya berada pada orang-orang yang menjauhi Allah Swt. yang hanya bersandar pada apa-apa yang ada di dunia saja. Dengan demikian kalau kita berpegang pada tali Allah dengan menjauhi semua larangannya dan mengerjakan semua yang diperintahkanNya, yakinlah setan tak dapat berbuat apa-apa pada kita. Orang yang tak pernah mendekatkan dirinya pada Allah Swt suatu saat memohon akan perlindunganNya, pada hakikatnya hanyalah sebatas berlindung demi kekuasaannya, kedudukan atau harta serta reputasinya. Orang seperti ini menjadikan setan sebagai kawan dan pamimpinnya.
Karenanya, jalan keluarnya yang paling tepat agar tidak terjebak dalam perangkap setan, salah satunya adalah dengan ber isti’adzah penuh keikhlasan dan ketakwaan pada Allah Swt sebagai tanda kesungguhan kita menolak seruan setan. “Demi kekuasaan Engkau aku akan meyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka”(Q.S. Shaad: 82-83).
Isti’adzah yang dimaksud disini bukan hanya di mulut saja. tetapi harus ada konsekuensinya dengan perbuatan kita yaitu dengan melaksanakan ketakwaan kepada Allah Swt. Selama kita tidak berhenti melakukan perbuatan-perbuatan yang haram, meskipun mulut kita komat-kamit mengucapkan isti’adzah beribu-ribu kali sementara kita tidak melakukan dan berusaha untuk menjauhi setan, sama saja kita tak membaca isti’adzah. Kemudian yang terpenting juga adalah banyak berdoa agar terhindar dari godaan setan yang terkutuk. Di dalam buku doa Shahifah Sajjadiyah ada sebuah doa yang sangat bagus. Di sini penulis akan mengutip sedikit saja dari doa tersebut:
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari segala godaan setan yang terkutuk, dari tipuan dan rayuannya, dari mencapai impian dan janji- janjinya, dari segala perangkap dan jebakannya, dari segala harapannya untuk menyesatkan kami agar tidak patuh pada-Mu dan menganggap remeh perbuatan dosa atau menggoda kami untuk menyukai apa yang ia perindah atau untuk memberatkan pada kami apa yang dia sukai.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar