Disusun oleh
: Azizah Nur Wahidah
|
DIRASAH ISLAMIAH II
|
Iman,
Islam, Ihsan
|
Hadits Arba’in Imam An Nawawy
LEBIH DALAM MEMAHAMI
HADITS
II dan III
|
asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm
|
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
yang dengan nikmat-Nya berbagai kebaikan menjadi sempurna. Alhamdulillah wa
subhanallah. Kita memuji-Nya seberat timbangan Arsy-Nya. Maha suci Allah sesuai
dengan keridhaanNya. Maha suci Allah sebanyak tinta yang menulis kalimat-Nya. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,keluarganya,para
sahabatnya,serta seluruh pengikutnya hingga yaumil akhir. Tak lupa ucapan terimakasih saya kepada berbagai pihak yang
telah memberi dukungan moriil maupun materil dalam pembuatan makalah ini,
semoga Allah membalas kebaikan mereka di dunia dan diakhirat. J
Begitu banyak hadits
Rasulullah SAW yang sarat makna dan diantaranya beberapa hadits yang wajib
diketahui. Namun, Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membahas hadits
kedua dan ketiga dari hadits arba’in karangan imam Nawawy
Dengan inti pembahasan
mengenai poin-poin yang terkadung dalam islam, iman dan ikhsan, serta beberapa
ciri –ciri kiamat, secara luas akan saya jabarkan namun disajikan melalui karya
tulis ini dengan ringkas agar lebih efisien.
Melalui makalah ini, saya berharap adanya manfaat yang
besar bagi saya serta pembaca agar dapat memahami pondasi dienul islam dengan
thayyib dan mampu mempraktekkannya dengan ihsan.
Demikian makalah ini
saya sampaikan, semoga saran dan kritik yang membangun dapat mengembangkan karya ini menjadi jauh lebih
baik di kemudian hari.
Aamiin…
Bekasi, 06
April 2012
Penulis,
Azizah Nur
Wahidah
BAB II
INTI PEMBAHASAN
A. HADITS
II
Hadits kedua dari Hadist Arba’in karangan Syaikh An-Nawawi telah di sebutkan :
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً
قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ
شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ
يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم
فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ
وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ
وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ
سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ:
فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ
وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ
وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ
تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ .
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا
بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ
تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ
رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ]، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ
مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ
وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ
دِيْنَكُمْ .
رواه مسلم
Dari Umar radhiallahuanhu
juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju
yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga
kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada
lututnya (Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam) seraya berkata: “ Ya
Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, maka bersabdalah Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam : “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
Ilah (Tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan
Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu “, kemudian dia berkata: “ anda benar “. Kami semua heran, dia
yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda: “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudian dia
berkata: “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku
tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia
melihat engkau” . Kemudian dia berkata: “ Beritahukan aku tentang hari kiamat
(kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda: “ Yang ditanya tidak lebih tahu dari
yang bertanya “. Dia berkata: “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “,
beliau bersabda: “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau
melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba,
(kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu
berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “
Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. aku berkata: “ Allah dan Rasul-Nya lebih
mengetahui “. Beliau bersabda: “ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian
(bermaksud) mengajarkan agama kalian “.
(Riwayat Muslim)
Berdasarkan dari
hadist ke II ini, maka ada beberapa intisari yang dapat kita kutip untuk dijabarkan lebih luas lagi, yakni tentang
islam, iman, ihsan, serta tanda-tanda hari kiamat.
1. ISLAM
Telah disabdakan oleh nabi, bahwa
makna islam, yakni terdiri dari lima perkara yang harus kita pahami dan
laksanakan berdasarkan petunjuk yang Allah dan RasulNya ajarkan. Untuk
melaksanakan kelima point yang terkandung dalam ISLAM, maka terlebih dahulu haruslah
kita mengetahui arti serta makna dari kata ISLAM itu tersendiri.
ISLAM secara bahasa artinya tunduk, pasrah &
menyerahkan diri. Yakni dengan lapang
dada dan ketaatan yang utuh dalam menjalankan syari’at ISLAM, siap berkorban
jiwa dan raga demi agama yang telah diridhoi Allah dan RasulNya. Maka, inilah
syarat utama dalam beragama islam, tunduk pada agama Allah
dengan segala aturanNYA.
Sedangkan menurut istilah, ISLAM
dapat diartikan sebagai syari’at Allah terakhir yang diturunkan-Nya kepada
penutup para nabi dan rasul-Nya, Muhammad bin Abdullah shallallahu
‘alaihi wasallam.
Sebagai bukti bahwa kita telah beragama islam, maka
ada sebuah bentuk realisasi dari keyakinan ini. Inilah pondasi agama yang wajib
dipahami tiap muslim manapun,
1.
SYAHADAT
Syahadat (bersaksi) bahwaرَسُوْل اللهُ
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا, tiada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad itu adalah
Rasulullah. Syahadat ini merupakan kunci Islam dan pondasi bangunannya.
Makna syahadat la ilaha
illallah ialah: tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah saja, Dialah
ilah yang hak, sedangkan ilah selainnya adalah batil. Dan ilah itu artinya:
sesuatu yang disembah.
Dan makna syahadat: bahwasanya
Muhammad itu adalah rasulullah ialah: membenarkan semua apa yang
diberitakannya, dan menta’ati semua perintahnya serta menjauhi semua yang
dilarang dan dicegahnya.
2.
SHOLAT
Yakni,
lima waktu setiap hari, Allah syari’atkan sebagai hubungan antara seorang
muslim dengan Rabbnya. Di dalamnya kita bermunajat dan berdo’a kepada-Nya, di
samping itu juga agar menjadi pencegah bagi muslim dari perbuatan keji dan
munkar.
Dan
Allah telah menyiapkan bagi yang menunaikannya kebaikan dalam agama dan
kemantapan iman serta ganjaran, baik cepat maupun lambat. Maka dengan demikian
seorang hamba akan mendapatkan ketenangan jiwa dan kenyamanan raga yang akan
membuatnya bahagia di dunia dan akhirat,
Perintah
untuk sholat ini, sering kali disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti,
“Hai orang-orang yang beriman, rukuklahh
kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu, dan perbuatlah kebajikan supaya kamu
mendapat kemeangan”.(QS. Al-Hajj : 77)
Dalam
ibadah ini, Allah memerintahkan kita untuk sholat bukan berarti bahwa Allah
yang membutuhkan kita. Allah terlalu sempurna untuk membutuhkan pertolongan
makhlukNya. Sesungguhnya, ibadah kita ini, semata-mata demi kebaikan diri kita
sendiri, bukan untuk orang lain, apalagi untuk Allah. Dengan ataupun tanpa
sholat seluruh makhluk dibumi ini tak akan mengurangi ataupun meningkatkan KeMaha
Agungan Allah sebagai Rabb yang maha merajai segalanya.
Sholat
adalah tolak ukur ketakwaan seorang hamba di mata RabbNya. Didalamnya ada
posisi terdekat antara seorang hamba dengan penciptanya, yakni di saat sujud,
di dalam sholat pun, telah berulang kali Allah janjikan berbagai macam kebaikan
yang berlipat, dan kemudahan dalam pelaksanaanya bagi orang-orang yang ikhlas
mengharap ridhoNya semata.
Melalui
sholat, dapat dibedakan mana hamba yang kafir, mana hamba yang mukmin. Begitu
juga sebagai sarana untuk mengidentifikasi ciri-ciri dari orang munafik, yakni
dia akan bermalas-malasan jika sholat sendiri, dan akan memperpanjang sholatnya
saat dilihat orang lain. Dengan sholat juga, kita dapat mengukur kadar keimanan
kita. Bila semakin kurang kita bersujud dalam sholat, maka semakin jauh dan
rendahlah iman kita terasa…
Inilah
amalan utama yang pertama kali dihisab pada hari kiamat olehNYA, apabila dari
sholat kita telah baik, maka akan dinilai baik pula lah seluruh amalan-amalan
kita yang lain dengan seizinNya. Oleh karena itu, jika kita ingin dinilai baik
oleh Allah saat kita menghadapNya nanti, hendaknya kita memperbagus
niat,bacaan, gerakan, serta kaidah-kaidah yang telah dicontohkan Rasulullah
dalam melaksanakan Sholat.
Tiap
muslim manapun pasti berharap bangunan agamanya kokoh, baik lagi mumtaz, dan
sempurna tidaknya suatu bangunan pasti sangat berpengaruh pada kualitas pondasi
awalnya. Muslim yang thayyib, senantiasa akan menjaga pilar utamanya kokoh
menjulang dan selalu ada peningkatan dalam perawatan, agar tidak terjatuh dalam
futur yang bisa berakibat kufur yang fatal dalam ibadah, terutama shalat fardu.
Puncak
sholat ialah khusyu’ dan itu bukan hal yang mustahil ataupun berat bagi
orang-orang yang menginginkannya dengan ikhlas, yakni dengan mulai meniatkan
untuk sholat dari jauh-jauh waktu, sehingga sholat selalu dijadikan tujuan yang
benar-benar dirindu, bukan sebagai beban yang harus segera digugurkan. Kemudian
menyempurnakan wudhu dengan sunah-sunahnya baik disaat wudhu maupun sesudahnya.
Hingga shalat sunnah, atau amalan-amalan lain yang dapat melatih konsentrasi
kita sebelum ibadah puncak kita laksanakan dengan hikmat.
Setelah
memahami bagaimana seharusnya hati bersikap dan apa saja keutamaan sholat, maka
dalam prakteknya harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wassalam
Berikut Penjelasan Empat Belas Rukun Shalat yang wajib kita amalkan
1. Berdiri tegak pada shalat fardhu bagi yang mampu
Dalilnya firman Allah 'azza wa jalla, "Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha (shalat 'Ashar), serta berdirilah untuk Allah 'azza wa jalla dengan khusyu'." (Al-Baqarah:238)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalatlah dengan berdiri..." (HR. Al-Bukhary)
2. Takbiiratul-ihraam, yaitu ucapan: 'Allahu Akbar', tidak boleh dengan ucapan lain Dalilnya hadits, "Pembukaan (dimulainya) shalat dengan takbir dan penutupnya dengan salam." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim) Juga hadits tentang orang yang salah shalatnya, "Jika kamu telah berdiri untuk shalat maka bertakbirlah." (Idem)
3. Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah adalah rukun pada tiap raka'at, sebagaimana dalam hadits,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah." (Muttafaqun 'alaih)
4. Ruku'
5. I'tidal (Berdiri tegak) setelah ruku'
6. Sujud dengan tujuh anggota tubuh
7. Bangkit darinya
8. Duduk di antara dua sujud
Dalil dari rukun-rukun ini adalah firman Allah 'azza wa jalla, "Wahai orang-orang yang beriman ruku'lah dan sujudlah." (Al-Hajj:77)
Sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, "Saya telah diperintahkan untuk sujud dengan tujuh sendi." (Muttafaqun 'alaih)
9. Thuma'ninah dalam semua amalan
10. Tertib antara tiap rukun
Dalil rukun-rukun ini adalah hadits musii` (orang yang salah shalatnya),
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk mesjid, lalu seseorang masuk dan melakukan shalat lalu ia datang memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu! Karena kamu belum shalat (dengan benar)!, ... Orang itu melakukan lagi seperti shalatnya yang tadi, lalu ia datang memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu!t Karena kamu belum shalat (dengan benar)!, ... sampai ia melakukannya tiga kali, lalu ia berkata: 'Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran sebagai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, saya tidak sanggup melakukan yang lebih baik dari ini maka ajarilah saya!' Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: 'Jika kamu berdiri hendak melakukan shalat, takbirlah, baca apa yang mudah (yang kamu hafal) dari Al-Qur`an, kemudian ruku'lah hingga kamu tenang dalam ruku', lalu bangkit hingga kamu tegak berdiri, sujudlah hingga kamu tenang dalam sujud, bangkitlah hingga kamu tenang dalam duduk, lalu lakukanlah hal itu pada semua shalatmu." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim)
1. Berdiri tegak pada shalat fardhu bagi yang mampu
Dalilnya firman Allah 'azza wa jalla, "Jagalah shalat-shalat dan shalat wustha (shalat 'Ashar), serta berdirilah untuk Allah 'azza wa jalla dengan khusyu'." (Al-Baqarah:238)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Shalatlah dengan berdiri..." (HR. Al-Bukhary)
2. Takbiiratul-ihraam, yaitu ucapan: 'Allahu Akbar', tidak boleh dengan ucapan lain Dalilnya hadits, "Pembukaan (dimulainya) shalat dengan takbir dan penutupnya dengan salam." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim) Juga hadits tentang orang yang salah shalatnya, "Jika kamu telah berdiri untuk shalat maka bertakbirlah." (Idem)
3. Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah adalah rukun pada tiap raka'at, sebagaimana dalam hadits,
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
"Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah." (Muttafaqun 'alaih)
4. Ruku'
5. I'tidal (Berdiri tegak) setelah ruku'
6. Sujud dengan tujuh anggota tubuh
7. Bangkit darinya
8. Duduk di antara dua sujud
Dalil dari rukun-rukun ini adalah firman Allah 'azza wa jalla, "Wahai orang-orang yang beriman ruku'lah dan sujudlah." (Al-Hajj:77)
Sabda Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam, "Saya telah diperintahkan untuk sujud dengan tujuh sendi." (Muttafaqun 'alaih)
9. Thuma'ninah dalam semua amalan
10. Tertib antara tiap rukun
Dalil rukun-rukun ini adalah hadits musii` (orang yang salah shalatnya),
"Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam masuk mesjid, lalu seseorang masuk dan melakukan shalat lalu ia datang memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu! Karena kamu belum shalat (dengan benar)!, ... Orang itu melakukan lagi seperti shalatnya yang tadi, lalu ia datang memberi salam kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salamnya dan bersabda: 'Kembali! Ulangi shalatmu!t Karena kamu belum shalat (dengan benar)!, ... sampai ia melakukannya tiga kali, lalu ia berkata: 'Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan kebenaran sebagai Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, saya tidak sanggup melakukan yang lebih baik dari ini maka ajarilah saya!' Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya: 'Jika kamu berdiri hendak melakukan shalat, takbirlah, baca apa yang mudah (yang kamu hafal) dari Al-Qur`an, kemudian ruku'lah hingga kamu tenang dalam ruku', lalu bangkit hingga kamu tegak berdiri, sujudlah hingga kamu tenang dalam sujud, bangkitlah hingga kamu tenang dalam duduk, lalu lakukanlah hal itu pada semua shalatmu." (HR. Abu Dawud dan dishahihkan Al-Hakim)
11. Tasyahhud Akhir
Tasyahhud akhir termasuk rukun shalat sesuai hadits dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, ia berkata, "Tadinya, sebelum diwajibkan tasyahhud atas kami, kami mengucapkan: 'Assalaamu 'alallaahi min 'ibaadih, assalaamu 'alaa Jibriil wa Miikaa`iil (Keselamatan atas Allah 'azza wa jalla dari para hamba-Nya dan keselamatan atas Jibril 'alaihis salam dan Mikail 'alaihis salam)', maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jangan kalian mengatakan, 'Assalaamu 'alallaahi min 'ibaadih (Keselamatan atas Allah 'azza wa jalla dari para hamba-Nya)', sebab sesungguhnya Allah 'azza wa jalla Dialah As-Salam (Dzat Yang Memberi Keselamatan) akan tetapi katakanlah, 'Segala penghormatan bagi Allah, shalawat, dan kebaikan', ..." Lalu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan hadits keseluruhannya. Lafazh tasyahhud bisa dilihat dalam kitab-kitab yang membahas tentang shalat seperti kitab Shifatu Shalaatin Nabiy, karya Asy-Syaikh Al-Albaniy dan kitab yang lainnya.
12. Duduk Tasyahhud Akhir
Sesuai sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika seseorang dari kalian duduk dalam shalat maka hendaklah ia mengucapkan At-Tahiyyat." (Muttafaqun 'alaih)
13. Shalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
Sebagaimana dalam sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Jika seseorang dari kalian shalat... (hingga ucapannya beliau shallallahu 'alaihi wa sallam) lalu hendaklah ia bershalawat atas Nabi."
Pada lafazh yang lain, "Hendaklah ia bershalawat atas Nabi lalu berdoa." (HR. Ahmad dan Abu Dawud)
14. Dua Kali Salam
Sesuai sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, "... dan penutupnya (shalat) ialah salam."
Inilah penjelasan tentang syarat-syarat dan rukun-rukun shalat yang harus diperhatikan dan dipenuhi dalam setiap melakukan shalat karena kalau meninggalkan salah satu rukun shalat baik dengan sengaja atau pun lupa maka shalatnya batal, harus diulang dari awal.
SHOLAT, SEHAT DIFISIK, NIKMAT DI
AKHIRAT...
Shalat
ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi
gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan
dari sudut medis, shalat adalah gudang obat dari berbagai jenis pnyakit.
Allah,
Sang Maha Pencipta, tahu persis apa yang sangat dibutuhkan oleh ciptaanNya,
khususnya manusia. Semua perintahNya tidak hanya bernilai ketakwaan, tetapi
juga mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu sendiri. Misalnya, puasa,
perintah Allah di rukun Islam ketiga ini sangat diakui manfaatnya oleh para
medis dan ilmuwan dunia barat. Mereka pun serta merta ikut berpuasa untuk
kesehatan diri dan pasien mereka.
Begitu
pula dengan shalat. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk
metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat pun mempunyai
manfaat masing-masing. Misalnya:
Takbiratul
Ihram
Berdiri
tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga, lalu melipatnya di depan perut
atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah,
getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak
memungkinkan darah mengalir lancer ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua
tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancer.
Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap
ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh
bagian atas.
Ruku’
Ruku’
yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan
segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus
dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan
posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh
dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal
pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk
merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana
latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah.
I’tidal
Bangun
dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi
telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud.
Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan.
Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami
pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan
pencernaan.
Sujud
Menungging
dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi
sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posis
jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke
otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu,
sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah
mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari
gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat
luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Duduk
di antara sujud
Duduk
setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’
(tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat
iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus
Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering
menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi
pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria
(prostate) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti
ini mampu mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan
tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks
kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan
organ-organ gerak kita.
Salam
Gerakan
memutar kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk
bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan
aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan
kulit wajah.
Gerakan
sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia
meneundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya
sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai
kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang di dalami Prof. Soleh, gerakan
ini mengantarkan manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan
melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk
menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas
kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak
mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan
kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan
kecerdasan seseorang.
Setiap
inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal.
Darah tidk akan memasuki urat saraf di dalam otak melainkan ketika seseorang
sujud dalam shalat. Urat saraf tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat
tertentu saja. Ini berarti, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti
waktu shalat, sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Islam.
Riset
di atas telah mendapat pengakuan dari Harvard University, Amerika Serikat.
Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan diri
masuk Islam setelah diamdiam melakukan riset pengembangan khusus mengenai
gerakan sujud. Di samping itu, gerakan-gerakan dalam shalat sekilas mirip
gerakan yoga ataupun peregangan (stretching). Intinya, berguna untuk melenturkan
tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan shalat dibandingkan gerakan
lainnya adalah di dalam shalat kita lebih banyak menggerakkan anggota tubuh,
termasuk jari-jari kaki dan tangan.
Sujud adalah
latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh
bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi
terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggan wanita. Payudara
tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar
air susu di dalamnya.
Masih
dalam posisi sujud, manfaat lain yang bisa dinikmati kaum hawa adalah otot-otot
perut (rectus abdominis dan obliqus abdominis externus) berkontraksi penuh saat
pinggul serta pinggang terangkat melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih
organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lebih lama yang
membantu dalam proses persalinan. Karena di dalam persalinan dibutuhkan
pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut
telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami, otot ini
justru menjadi elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat
mengembalikan dan mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali
(fiksasi).
Setelah
melakukan sujud, kita melakukan gerakan duduk. Dalam shalat terdapat dua jenis
duduk: iftirosy (tahiyat awal) dan tawaru’ (tahiyat akhir). Hal terpenting
adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, di daerah
ini terdapat tiga liang yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran,
dan saluran kemih. Saat tawarru’, tumit kaki kiri harus menekan daerah
perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit
kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri
akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang
memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
Pada
dasarnya, seluruh gerakan shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh
lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara
rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun
berlangsung dengan lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.
Menuru
penelitian Prof. Dr. Muhammad Soleh dalam desertasinya yang berjudul “Pengaruh
Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh
Imonologik: Suatu Pendekatan Neuroimunologi” dengan desertasi itu, Soleh
berhasil meraih gelar doctor dalam bidang ilmu kedokteran pada program pasca
sarjana Universitas Surabaya yang dipertahankannya beberapa waktu lalu.
Shalat
tahajud ternyata bukan hanya sekedar shalat tambahan (sunah muakkad), tetapi
jika dilakukan secara rutin dan ikhlas akan bisa mengatasi penyakit kanker.
Secara medis, shalat tahajud mampu menumbuhkan respons ketahanan tubuh
(imunologi) khususnya pada imunoglobin M, G, A, dan limfositnya yang berupa
persepsi serta motivasi positif. Selain itu, juga dapat mengefektifkan
kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi.
Selama
ini, ulama melihat ikhlas hanya sebagai persoalan mental psikis. Namun,
sebetulnya permasalahan ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran.
Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri dapat dibuktikan secara
kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol dengan parameter kondisi tubuh.
Pada kondisi normal, jumlah kortisol pada pagi hari normalnya antra 38-690
nmol/liter. Sedangkan pada malam hari atau setelah pukul 24.00, jumlah ini
meningkat menjadi 69-345 nmol/liter.
“Kalau
jumlah hormone kortisolnya normal, dapat diindikasikan bahwa orang tersebut tidak
ikhlas karena merasa tertekan. Demikian juga sebaliknya,” ujarnya seraya
menegaskan temuannya ini membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama
Islam semata-mata dogma atau doktrin.
Menurut
Dr. Soleh, orang stress biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan
infeksi. Dengan melakukan tahajud secara rutin dan disertai perasaan ihklas
serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respon imun yang baik serta besar
kemungkinan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Berdasarkan perhitungan
medis, shalat tahajud yang demikian menyebabkan seseorang memiliki ketahanan
tubuh yang baik.
3. PUASA
Puasa menurut bahasa ialah Saum (صوم) secara bahasa artinya menahan atau mencegah. Menurut syariat
agama Islam artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan
yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, dengan syarat
tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim, sedangkan yang dimaksud dalam hadits “تَصُوْمَ
رَمَضَانَ ” adalah
berpuasa di bulan ramadhan, yakni tidak hanya menahan lapar dan haus, tapi juga
menahan hawa nafsu negative untuk dilatih pada bulan ramadhan dan diterapkan
pada bulan-bulan selanjutnya hasil positive dari menahan hawa nafsu buruk yang
sering kita lakukan. Dengan begitu pada bulan ramadhan lah kita berlatih
menguasai diri, memperbaiki diri dari dalam, serta mendisiplinkan diri dengan
hal-hal yang ma’ruf dan lebih bermanfaat untuk akhirat.
Saat berpuasa, orang hanya
makan dua kali sehari, yaitu sahur dan buka puasa. Normalnya, kita makan tiga
kali sehari, pagi, siang, dan malam. Dengan pengurangan waktu makan
tersebut, menurut dr Ari Fahrial Syam, Sp.PD, ahli penyakit dalam dari RSCM
Jakarta, tubuh seharusnya lebih sehat.
"Pembatasan kalori selama
berpuasa akan berdampak pada penurunan berat badan sekitar 5 persen di akhir
puasa. Terjadi juga penurunan kolesterol dan asam urat. Gula darah juga lebih
terkontrol," katanya.
Saat kita menjalankan puasa,
organ pencernaan merenovasi atau membetulkan sel-sel yang rusak. Kemudian, daya
serap pencernaan akan meningkat karena jika usus istirahat, kondisi organ
pencernaan akan lebih optimal bekerja.
Berpuasa juga menjadi cara
detoksifikasi yang aman dan tepat. Ketika berpuasa, racun-racun, sel lemak, dan
juga sel-sel yang mati akan dikeluarkan dari tubuh.
Menurut sang dokter,Dampak lain
dari pengurangan kalori adalah mengurangi radikal bebas dan meningkatkan
anti-oksidan sehingga akhirnya akan memperlambat proses degenerasi organ-organ
tubuh. manfaat kesehatan tersebut hanya bisa diwujudkan jika kita juga
mengendalikan nafsu makan, terutama ketika berbuka puasa. Masalahnya, masih
banyak orang yang berpikir kerja keras menahan lapar dan haus seharian harus
dibalas dengan makanan yang terbaik saat berbuka.
Hikmah puasa adalah pembatasan
asupan kalori, pembatasan makan. Selayaknya budaya balas dendam saat berbuka
itu kita redam. Kalau kita konsisten menjalani hal ini, mudah-mudahan hikmah
mendapat kesehatan setelah berpuasa dapat tercapai
4.
ZAKAT
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Zakat berarti “tumbuh dan
bertambah”. juga bisa berarti berkah, bersih, suci, subur dan berkembang maju.
Dapat kita ambil kesimpulan bahwa kita selaku umat muslim telah diwajibkan oleh
Allah SWT untuk mengeluarkan zakat, seperti firman Allah Swt : “Dan
dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan taatlah kepada Rasul, supaya kamu
diberi rahmat“. (Surat An Nur 24 : 56).
Dalam ayat yang lain Allah menjelaskan bahwa orang yang mentaati perintah
allah khususnya dalam menunaikan zakat niscaya Allah akan memberikan rahmat
kepada kita dan akan dikembalikannya kita kepada kesucian/kembali fitrah
seperti bayi yang baru dilahirkan ke alam muka bumi ini atau seperti kertas
puti9h yang belum ada coretan-coretan yang dapat mengotori kertas tersebut,
seperti firman-Nya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu bersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya dosa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi maha Mengetahui “. (Surat At Taubah 9 : 103).
SYARAT-SYARAT WAJIB UNTUK MENGELUARKAN ZAKAT
Islam; Zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam saja.
Merdeka; Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah,
sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang persoalan hamba
sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan
sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan hamba
sahaya ini merupakan salah satu syarat yang tetap ada.
Milik Sepenuhnya; Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya seorang yang beragama
Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama antara orang Islam dengan
orang bukan Islam, maka hanya harta orang Islam saja yang dikeluarkan zakatnya.
Cukup Haul; cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun, selama 354 hari
menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan mashehi.
cukup Nisab; Nisab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Kebanyakan standar zakat harta (mal) menggunakan nilai harga emas saat ini,
jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas dijadikan ukuran nisab untuk menghitung
zakat uang simpanan, emas, saham, perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.
MACAM-MACAM ZAKAT
- ZAKAT MAAL (HARTA)
- ZAKAT UANG SIMPANAN
- ZAKAT EMAS dan PERAK
- ZAKAT PENDAPATAN/PROFESI
- ZAKAT SAHAM dan OBLIGASI
- ZAKAT AN’AM (BINATANG TERNAK)
- ZAKAT FITRAH
Manfaat pemberian zakat antara lain :
1.
Mempererat hubungan si kaya dan si miskin.
2.
Agar tidak terjadi kejahatan dari orang – orang miskin dan susah yang dapat
merusak ketertiban masyarakat. Firman Allah SWT, “Sekali-kali janganlah
orang – orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu buruk bagi mereka.” (Q.S. Ali Imran : 180)
3.
Guna membersihkan diri. Firman Allah SWT, “Ambillah zakat dari sebagian
harta meraka. dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoakanlah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketentraman mereka
dan Allah Maha mendengar lagi mengetahui.” (Q.S. At Taubah: 103).
5. HAJI
Secara lughawi, haji
berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi Bahasa Arab, kata haji
mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut
istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu
untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan
temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat
sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu
ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama
bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah
1. Melakukan ihram dari mîqât yang telah ditentukan
2. Wukuf di Arafah
3. Mabît di Muzdalifah, Mekah
4. Melontar jumrah ‘aqabah
5. Tahalul
6. Mabît di Mina
7. Tawaf ifâdah
2.
IMAN
[1] IMAN KEPADA ALLAH
Iman terhadap
wujud Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 15
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 15
Iman terhadap wujud Allah ditopang oleh fitrah, akal sehat, dalil syari’at
dan juga indera. Secara fitrah setiap manusia pasti mengakui bahwa ada yang
menciptakan dirinya, hal itu dia yakini tanpa perlu berpikir panjang atau pun
belajar ilmu tertentu. Tidak ada yang menyimpang dari keyakinan ini selain
orang yang sudah terpengaruh faktor lain yang menyimpangkannya dari fitrah
tersebut. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap bayi dilahirkan
pasti dalam keadaan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan
dia beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Bukhari).
Adapun secara akal maka sesungguhnya keberadaan makhluk yang ada sejak
dahulu hingga sekarang ini semua menunjukkan pasti ada yang menciptakan mereka.
Tidak mungkin mereka menciptakan dirinya sendiri, atau terjadi secara tiba-tiba
tanpa pencipta. Maka tidak ada kemungkinan selain alam ini pasti diciptakan
oleh Allah ta’ala. Allah berfirman (yang artinya), “Apakah mereka diciptakan
tanpa sesuatupun yang ada sebelumnya ataukah mereka menciptakan diri mereka
sendiri?” (QS. ath-Thur : 35). Ketika mendengar dibacakannya ayat ini maka
Jubair bin Muth’im yang pada saat itu masih kafir mengatakan, “Hampir-hampir
saja hatiku terbang, itulah saat pertama kali iman menyentuh dan bersemayam di
dalam hatiku.” (HR. Bukhari).
Begitu pula adanya kitab-kitab suci yang semuanya berbicara tentang Allah,
ini merupakan dalil syari’at tentang keberadaan/wujud Allah. Sedangkan secara
indera adalah kita bisa menyaksikan terkabulnya doa yang dipanjatkan oleh
orang. Sebagaimana yang terjadi pada Nabi Nuh. Allah berfirman (yang artinya),
“Dan Nuh, ingatlah ketika dia menyeru (Rabbnya) sebelum itu dan Kami pun
mengabulkan doanya.” (QS. al-Anbiya’ : 72). Demikian pula apa yang disaksikan
oleh umat para nabi berupa mukjizat nabi yang diutus kepada mereka. Seperti
contohnya mukjizat nabi Musa yang membelah lautan dengan tongkatnya. Allah
berfirman (yang artinya), “Maka Kami wahyukan kepada Musa pukulkanlah dengan
tongkatmu ke laut itu, maka ia pun terbelah dan setiap sisinya menjadi setinggi
gunung yang tinggi.” (QS. asy-Syu’ara’ : 63).
Iman terhadap
Rububiyyah Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 19
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 19
Rabb adalah Dzat yang memiliki kuasa menciptakan, mengatur urusan dan
memerintah. Kita wajib mengimani bahwa tidak ada pencipta, pengatur dan yang
berhak memerintah semua makhluk selain Allah semata. Allah berfirman (yang
artinya), “Ingatlah sesungguhnya menciptakan dan memerintah adalah hak-Nya.”
(QS. al-A’raaf : 54). Allah juga berfirman (yang artinya), “Itulah Allah Rabb
kalian. Sang pemilik kerajaan. Sedangkan sesembahan yang kalian seru selain-Nya
tidaklah menguasai apapun walaupun hanya setipis kulit ari.” (QS. Fathir : 13).
Tidak ada orang yang mengingkari hal ini kecuali dikarenakan kesombongan dan
kecongkakan seperti halnya Fir’aun.
Orang-orang musyrik pun sudah mengakui hal ini bahwa tidak ada yang
menguasai alam ini dan menciptakan langit dan bumi selain Allah. Allah
berfirman (yang artinya), “Dan sungguh jika kalian tanyakan kepada mereka;
siapakah yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka pasti menjawab; yang
menciptakannya adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS.
az-Zukhruf : 9). Allah juga berfirman (yang artinya), “Dan sungguh jika kalian
tanyakan kepada mereka; siapakah yang menciptakan mereka, maka pasti mereka
akan mengatakan : Allah…” (QS. az-Zukhruf : 87).
Iman terhadap
Uluhiyyah Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 21
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 21
Artinya kita mengimani bahwa hanya Allah sesembahan yang benar dan tidak
ada sekutu bagi-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Sesembahan kalian adalah
sesembahan yang esa. Tidak ada sesembahan selain Dia, Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163). “Demikian itulah kuasa Allah, Dia
adalah sesembahan yang haq sedangkan segala yang diseru selain-Nya adalah
sesembahan yang batil.” (QS. al-Hajj : 62). Maka segala sesuatu yang disembah
selain Allah adalah batil. Oleh sebab itu dakwah yang diserukan oleh para rasul
adalah sama yaitu, “Hai kaumku, sembahlah Allah. tidak ada sesembahan yang
benar bagi kalian selain Dia.” (QS. al-A’raaf : 59).
Iman terhadap
Asma wa Sifat Allah
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 23
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 23
Yaitu dengan menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah yang disebutkan
oleh Allah atau rasul-Nya, di dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah sesuai dengan
kemuliaan-Nya, tanpa menyimpangkan maknanya, tanpa menolak, dan tanpa
menentukan bentuk dan caranya, serta tidak disertai dengan menyerupakannya
dengan makhluk. Allah berfirman (yang artinya), “Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. asy-Syura :
11).
Dalam mengimani hal ini terdapat dua kelompok besar yang menyimpang yaitu
mu’aththilah dan musyabihah. Mu’aththilah menolak nama, sifat ataupun sebagian
darinya dengan alasan bahwa apabila kita menetapkan hal itu akan menyebabkan
terjadinya penyerupaan Allah dengan makhluk. Hal ini jelas tidak benar karena
itu sama saja mengatakan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat pertentangan.
Padahal Allah sendiri yang menetapkan adanya nama atau sifat tersebut. Dan
pertentangan ini sangat mustahil terjadi. Sedangkan kaum musyabbihah menetapkan
nama dan sifat akan tetapi menyerupakan hakikatnya dengan nama dan sifat
makhluk. Menurut mereka itulah yang dimaksud oleh dalil, padahal Allah sendiri
menyatakan bahwa tidak ada yang serupa dengan-Nya. Maka menyerupakan Allah
dengan makhluk jelas sebuah kebatilan, karena sama nama belum tentu hakikatnya
sama.
[2] IMAN KEPADA MALAIKAT
Kandungan iman
kepada malaikat
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 27
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 27
Malaikat adalah makhluk ghaib yang senantiasa taat beribadah kepada Allah.
Allah menciptakan mereka dari cahaya. Allah menganugerahkan kepada mereka
ketundukan yang penuh terhadap perintah-Nya dan kekuatan yang hebat sehingga
dapat melaksanakannya. Jumlah mereka banyak, tidak ada yang dapat menghitung
semuanya kecuali Allah. Hal itu sebagaimana diceritakan oleh Nabi dalam hadits
Anas yang mengisahkan peristiwa mi’raj Nabi ke langit bahwa di baitul ma’mur
ada tujuh puluh ribu malaikat yang mengerjakan shalat di sana; apabila mereka
sudah keluar darinya maka mereka tidak lagi kembali (HR. Bukhari dan
Muslim).Mengimani malaikat mengandung :
- Keimanan terhadap wujud/keberadaan mereka
- Mengimani nama-nama mereka yang kita ketahui dan keberadaan mereka meskipun tidak kita ketahui namanya
- Mengimani sifat-sifat mereka yang diberitakan kepada kita
- Mengimani perbuatan atau tugas mereka yang kita ketahui
Buah iman
kepada malaikat
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 29
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 29
Iman kepada malaikat akan dapat membuahkan manfaat yang agung di antaranya
:
- Mengetahui kebesaran Allah ta’ala dan kemahakuasaan-Nya
- Bersyukur kepada Allah atas perhatian-Nya kepada manusia di mana Allah menciptakan malaikat yang menjaga mereka, mencatat amal-amal mereka
- Mencintai ketaatan malaikat terhadap perintah Rabbnya
[3] IMAN KEPADA KITAB-KITAB
Kandungan iman
kepada Kitab
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 32
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 32
Yang dimaksud dengan kitab di sini adalah kitab-kitab suci yang Allah turunkan
kepada para rasul-Nya sebagai bukti kasih sayang-Nya kepada manusia, petunjuk
bagi mereka agar mereka bisa mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Iman kepada kitab-kitab mengandung empat hal :
- Mengimani bahwa kitab-kitab tersebut benar-benar turun dari sisi Allah
- Mengimani nama-nama kitab yang kita ketahui, adapun yang tidak kita ketahui namanya maka kita mengimaninya secara global
- Membenarkan berita yang sahih yang terdapat di dalamnya sebagaimana berita-berita yang terdapat di dalam al-Qur’an dan berita-berita di dalam kitab suci terdahulu yang tidak diubah-ubah atau diselewengkan
- Mengamalkan hukumnya yang belum dihapus oleh al-Qur’an dan merasa ridha dan pasrah kepada ketentuannya, sedangkan pemberlakuan kitab suci terdahulu telah dihapuskan semuanya oleh al-Qur’an
Buah iman
kepada Kitab
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 33
Rujukan : Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 33
Iman kepada kitab membuahkan :
- Menyadari perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada masing-masing kaum sebagai petunjuk untuk mereka
- Mengetahui kebijaksanaan Allah dalam menetapkan syari’at-Nya di mana Allah menetapkan syari’at yang sesuai dengan keadaan masing-masing kaum
Iman terhadap
al-Qur’an
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 53
Rujukan : Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 53
al-Qur’an adalah kalamullah, lafaz maupun maknanya. Diturunkan dari-Nya,
bukan makhluk. Didengar oleh Jibril dan disampaikan kepada Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam dan kemudian beliau menyampaikannya kepada para sahabatnya.
Itulah yang kita baca dengan lisan kita, yang ditulis di dalam mushaf, dihafal
di dalam dada dan kita dengar dengan telinga kita. al-Qur’an diturunkan kepada
Nabi yang terakhir dan ia merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada
manusia dan menghapus syari’at-syari’at terdahulu. al-Qur’an yang ada di
tangan-tangan kita itulah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan ia akan
tetap ada hingga tiba waktunya diangkat di akhir zaman nanti. Dan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menunaikan tugasnya untuk menjelaskan
al-Qur’an ini dengan ucapan, perbuatan dan ketetapannya. Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’an agar kamu jelaskan kepada
manusia apa yang diturunkan kepada mereka dan supaya mereka mau berpikir.” (QS.
an-Nahl : 44).
[4] IMAN KEPADA PARA RASUL
Definisi rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 34
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 34
Secara bahasa Rasul artinya orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu.
Sedangkan pengertian rasul dalam syari’at adalah orang yang mendapatkan wahyu
dengan syari’at serta diperintahkan untuk menyampaikannya. Rasul yang pertama
adalah Nuh ‘alaihis salam, sedangkan rasul yang terakhir adalah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
“Sesungguhnya Kami telah wahyukan kepadamu al kitab sebagaimana Kami mewahyukan
kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya.” (QS. an-Nisaa’ : 163). Allah juga
berfirman (yang artinya), “Bukanlah Muhammad itu sekedar bapak dari salah
seorang dari kalian akan tetapi dia adalah seorang utusan Allah dan penutup
nabi-nabi.” (QS. al-Ahzab : 40).
Perbedaan nabi
dengan rasul
Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 61
Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 61
Nabi secara istilah adalah seorang lelaki merdeka yang mendapatkan berita
dari Allah ta’ala dengan syari’at terdahulu untuk dia ajarkan kepada
orang-orang di sekelilingnya yang telah menganut syariat terdahulu tersebut.
Adapun rasul adalah lelaki merdeka yang mendapatkan berita dari Allah dengan
syariat serta diprintahkan untuk menyampaikannya kepada kelompok orang yang
tidak mengetahuinya atau kaum yang menyelisihinya dari kalangan orang-orang
yang menjadi sasaran dakwahnya. Kenabian merupakan sayrat kerasulan, sehingga
tidak bisa menjadi rasul kecuali nabi. Setiap rasul adalah nabi dan tidak
sebaliknya. Rasul diutus kepada orang yang belum mengenal agama Allah dan
syari’at-Nya atau kepada orang-orang yang telah mengubah syariat dan agama
dalam rangka mengajari dan mengembalikan mereka kepada ajaran yang benar. Maka
rasul adalah hakim di antara mereka. Sedangkan nabi hanya diutus untuk
mendakwahkan syariat sebelumnya yang sudah ada.
Kandungan iman
kepada para Rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 36
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 36
Iman kepada para rasul mengandung beberapa hal :
- Mengimani bahwa risalah mereka adalah haq dari sisi Allah, maka barangsiapa yang mengingkari risalah salah satu saja di antara mereka sama saja dia telah kafir kepada mereka semua. Allah berfirman (yang artinya), “Kaum Nuh mendustakan seluruh rasul.” (QS. asy-Syu’ara’ : 105).
- Mengimani rasul yang kita ketahui namanya, dan apabila tidak kita ketahui maka kita mengimani mereka secara global
- Membenarkan berita yang benar-benar diberitakan oleh mereka
- Mengamalkan syari’at rasul yang diutus kepada kita yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
Buah iman
kepada para Rasul
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 38
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 38
Iman kepada rasul membuahkan berbagai faidah di antaranya :
- Mengetahui rahmat Allah ta’ala dan perhatian-Nya kepada hamba-hamba-Nya di mana Allah mengutus untuk mereka para rasul yang menunjukkan kepada mereka kepada jalan Allah dan menjelaskan kepada mereka tata cara beribadah kepada-Nya
- Bersyukur kepada Allah atas nikmat yang sangat agung ini
- Mencintai para Rasul ‘alaihimush shalatu was salam dan mengagungkan mereka, memuji mereka dengan pujian yang sepantasnya karena mereka adalah para utusan Allah yang telah menunaikan dengan baik kewajiban beribadah kepada-Nya serta menyampaikan risalah kepada umat manusia.
Mencintai dan
mengagungkan Rasulullah
Kitab Tauhid li Shafits Tsalits hal. 65
Kitab Tauhid li Shafits Tsalits hal. 65
- Wajib bagi setiap orang untuk mencintai Allah, bahkan hal itu tergolong ibadah yang paling agung. Dan salah satu konsekuensi kecintaan kepada Allah adalah kecintaan kepada Rasul. Nabi bersabda, “Tidaklah beriman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dicintainya daripada anak dan orang tuanya, dan dari seluruh manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Di samping itu kita juga dilarang melakukan perbuatan melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam memuji beliau. Beliau bersabda, “Janganlah kamu memujiku sebagaimana kaum Nashara memuji Isa putera Maryam. Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah bahwa aku adalah hamba dan utusan-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- Termasuk bentuk pengagungan kepada beliau adalah dengan menjunjung tinggi sunnah-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah ia (Muhammad) berbicara dengan hawa nafsunya, namun itu adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. an-Najm : 3-4). Dan kita juga tidak boleh sembarangan membicarakan sahih tidaknya hadits tanpa landasan ilmu.
[5] IMAN KEPADA HARI AKHIR
Kandungan iman
kepada hari Akhir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 40
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 40
Hari akhir adalah hari tatkala umat manusia dibangkitkan dari kuburnya
untuk dihisab dan dibalas amal-amalnya. Iman kepada hari akhir mengandung 3 hal
:
- Iman akan terjadinya hari kebangkitan; yaitu dihidupkannya orang-orang yang telah mati ketika ditiupnya sangkakala untuk kedua kalinya maka bangkitlah mereka untuk menghadap Allah dalam keadaan tidak beralas kaki, tidak berpakaian, dan belum berkhitan.
- Iman terhadap adanya hisab dan pembalasan amal. Setiap orang akan dibalas berdasarkan amalnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari kebijaksanaan Allah ta’ala yang telah menurunkan kitab-kitab dan mengutus para rasul serta mewajibkan umat manusia untuk menerima dan melaksanakan ajaran mereka, bahkan Allah juga memerintahkan untuk memerangi orang-orang yang menentang rasul-Nya, kalau seandainya setelah itu semua tidak ada balasan dan maka niscaya ini semua merupakan sebuah kesia-siaan yang Allah tentu saja terbebas darinya
- Iman terhadap surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat tinggal abadi bagi manusia. Surga adalah negeri yang penuh dengan kenikmatan yang Allah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Sedangkan neraka adalah negeri yang penuh dengan siksaan yang dipersiapkan oleh Allah bagi orang-orang yang kafir dan zalim.
Fitnah kubur
dan siksa kubur
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 44
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 44
Kita juga wajib mengimani segala peristiwa yang terjadi setelah kematian,
seperti :
- Ujian di alam kubur. Yaitu pertanyaan kepada mayit setelah ia dikuburkan mengenai siapakah Rabbnya, apa agamanya dan siapa Nabinya. Pada saat itu Allah akan memberikan ketegaran bagi hamba-hamba-Nya yang beriman sehingga ia akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan baik.
- Siksa dan nikmat kubur. Siksa kubur diperuntukkan bagi orang-orang zalim yaitu orang munafik dan orang kafir. Adapun nikmat kubur diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman dan tulus lagi jujur
Buah iman
kepada hari Akhir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 46
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 46
Iman kepada hari akhir akan membuahkan :
- Menumbuhkan semangat dalam melakukan ketaatan
- Memunculkan perasaan takut untuk berbuat maksiat
- Menghibur hati seorang mukmin yang mengalami kehilangan sebagian kenikmatan dunia
[6] IMAN KEPADA TAKDIR
Kandungan iman
kepada Takdir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 53
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 53
Iman kepada takdir mencakup empat hal :
- Mengimani bahwa Allah telah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci, baik yang terkait dengan perbuatan Allah sendiri ataupun perbuatan makhluk
- Mengimani bahwa Allah telah menulis ilmunya di dalam Lauhul mahfuz sejak 50 ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi
- Mengimani bahwa segala kejadian di alam ini tidak terjadi kecuali dengan kehendak Allah, baik hal itu berkaitan dengan diri-Nya ataupun makhluk
- Mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini merupakan makhluk Allah, baik itu berupa dzat, sifat maupun gerak-geriknya
Kehendak
manusia
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 54
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 54
Manusia tidak hidup dalam keadaan dipaksa, mereka memiliki pilihan dan
kemampuan. Hal ini ditunjukkan oleh dalil syari’at maupun dalil kenyataan.
Dalil dari syari’at antara lain firman Allah (yang artinya), “Maka baransgiapa
yang berkehendak silakan mengambil jalan untuk kembali kepada Rabb-nya.” (QS.
an-Naba’ : 39). Allah juga berfirman (yang artinya), “Bertakwalah kepada Allah
sekuat kemampuan kalian.” (QS. at-Taghabun : 16). Sedangkan dalil kenyataan
menunjukkan bahwa setiap orang menyadari bahwa dirinya mempunyai kehendak dan
kemampuan yang dengan itu dia bisa melakukan sesuatu atau meninggalkannya.
Buah iman
kepada Takdir
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 58
Nubdzatun fil ‘Aqidah hal. 58
Iman kepada takdir akan menghasilkan :
- Sikap bersandar kepada Allah dalam melakukan usaha
- Menahan munculnya sikap ujub atau kagum terhadap diri sendiri
- Tenang ketika menghadapi musibah yang menimpa
Macam-macam
taqdir
Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 113
Kitab Tauhid li Shafits Tsani hal. 113
Takdir ada bermacam-macam :
- Takdir umum yang mencakup segala sesuatu yaitu yang sudah Allah tetapkan sejak 50 ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi
- Takdir umri; yaitu takdir yang dituliskan ketika seoang bayi mulai mengawali kehidupannya di dalam rahim ibunya
- Takdir sanawi; yaitu takdir yang dituliskan saat Lailatul Qadar di setiap tahunnya
- Takdir yaumi; yaitu takdir yang dituliskan terjadi pada setiap harinya, baik itu terkait dengan rezeki, hidup maupun matinya seseorang
3. IHSAN
Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari kata hasana yuhsinu, yang artinya
adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah ihsanan, yang artinya
kebaikan. Allah swt. berfirman dalam Al-Qur`an mengenai hal ini.
“Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri…” (Al-Isra’: 7)
“Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya
Allah berbuat baik terhadapmu….” (QS. Al-Qashash: 77)
Ibnu Katsir mengomentari ayat di atas dengan mengatakan
bahwa kebaikan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan kepada seluruh
makhluk Allah swt.
Landasan Syar’i Ihsan
Pertama, Al-Qur`anul Karim
Dalam Al-Qur`an, terdapat 166 ayat yang berbicara tentang
ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik satu makna, betapa
mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini, hingga mendapat porsi yang sangat
istimewa dalam Al-Qur`an. Berikut ini beberapa ayat yang menjadi landasan akan
hal ini.
“Dan berbuat baiklah kalian karena sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
“Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk berbuat adil
dan kebaikan….” (QS An-Nahl: 90)
“… serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….”
(QS. Al-Baqarah: 83)
“Dan berbuat baiklah terhadap dua orang ibu bapak,
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat maupun yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil, dan para hamba sahayamu….” (QS. An-Nisaa`: 36)
Kedua, As-Sunnah
Rasulullah saw. pun sangat memberi perhatian terhadap
masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang
hamba. Bahkan, di antara hadist-hadist mengenai ihsan tersebut, ada beberapa
yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rasulullah saw.
menerangkan mengenai ihsan —ketika ia menjawab pertanyaan Malaikat Jibril
tentang ihsan dimana jawaban tersebut dibenarkan oleh Jibril, dengan
mengatakan, “Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila
engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika kamu
membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah dengan
baik.” (HR. Muslim)
B. HADITS III
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْن الخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: سَمِعْتُ
النبي صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: (بُنِيَ الإِسْلامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ، وَإِقَامِ
الصَّلاةِ، وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَحَجِّ البِيْتِ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ)
Terjemah hadits :
Dari Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khottob radiallahuanhuma
dia berkata: Sayamendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa
sallambersabda: Islam dibangun di atas lima perkara; Bersaksi bahwa
tiada ilah selain Allah dan bahwa nabiMuhammad utusan Allah, menegakkan shalat,
menunaikan zakat, melaksanakan haji dan puasaRamadhan.
(Riwayat Turmuzi dan Muslim).
Kandungan Hadist :
1. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam menyamakan
Islam dengan bangunan yang kokoh dan tegak di atas tiang-tiang yang
kuat.Hadits Arba'in Nawawy 15
2. Pernyataan tentang keesaan Allah dan keberadaan-Nya,
membenarkan kenabian Muhammad shallallahu`alaihi wa sallam , merupakan
hal yang paling mendasar dibanding rukun-rukun yang lainnya.
3. Selalu menegakkan shalat dan menunaikannya secara
sempurna dengan syarat rukunnya, adabadabnya dan sunnah-sunnahnya agar dapat memberikan
buahnya dalam diri seorang muslim yaitu meninggalkan perbuatan keji dan munkar karena
shalat mencegah seseorang dari perbuatan keji dan munkar.
4. Wajib mengeluarkan zakat dari harta orang kaya yang
sudah terpenuhi syarat-syarat zakat lalumemberikannya kepada orang-orang fakir
dan yang membutuhkan.
5. Wajibnya menunaikan ibadah haji dan puasa (Ramadhan)
bagi setiap muslim.
6. Adanya keterkaitan rukun Islam satu sama lain. Siapa
yang mengingkarinya maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijma’.
7. Nash di atas menunjukkan bahwa rukun Islam ada lima,
dan masih banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam yang tidak
ditunjukkan dalam hadits ini. Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda:
“ Iman itu
memiliki tujuh puluh lebih cabang “Hadits Arba'in Nawawy 16
8. Islam adalah aqidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat
amal tanpa iman demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal.
DAFTAR PUSTAKA
ERA MUSLIM.COM
fdawj.co.nr
MAJALAH AR RISALAH eds 130
ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH. Yayasan At
Tadzkiroh
Koreksi atas pemahaman Laa ilaha
illallah karya muhammad quthub
Diktat fiqih dirasah islamiah II
Serta berbagai sumber lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar