~~* TAJUL WAQAR: PENCETAK GENERASI PENGHAFAL ALQURAN*~~
Gaza berasal dari kata Ghazwah dan Ghazawaat , yang artinya peperangan. Penggunaan nama ini sudah pasti bukan tanpa maksud. Mengingat sejak ratusan tahun lalu, Gaza merupakan arena peperangan. Banyak terjadi peperangan untuk memperebutkan daerah ini. Perang terakhir yang masih segar di ingatan kita terjadi pada akhir tahun 2008 lalu. Bahkan hingga kini, Gaza masih dalam status daerah perang. Setiap harinya kerap ada serangan dan ledakan dari rudal-rudal pesawat pasukan udara penjajah Zionis Yahudi.
Meski diblokade dalam wilayah zona perang, potongan wilayah suci Palestina ini sangat terkenal dengan intensitasnya dalam mencetak para penghafal Alquran. Terbukti dengan adanya program tahunan bagi para penghafal Alquran dan ribuan huffazh Alquran yang berhasil diluluskan.
Program Tajul Waqar ‘Mahkota Ketegaran’
Program Tajul Waqar ‘mahkota ketegaran’ adalah program rutin yang dijalankan oleh Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah di Gaza, Palestina. Lembaga ini intens mensosialisasikan Kebiasaan menghafal Alquran dan berupaya agar setiap rumah di Gaza memiliki penghafal Alquran.
Untuk menyukseskan program ini, disiapkan 1100 assatidz dan mutabi’ (pemantau) untuk disebar ke penjuru Jalur Gaza guna membina generasi Qur’ani.
Penyelenggara program ini menegaskan, Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah berkonsentrasi dalam bidang ini agar siapa saja yang melihat Gaza paham bahwa penduduk Gaza telah memikul kalam Allah dan dididik di atas meja-meja Alquran serta berperilaku dengan perilaku Alquran.
Menurut Ketua Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah, Dr. Abdurrahman al Jamal, program ini dilaksanakan pada liburan sekolah musim panas. Masa liburan dimanfaatkan untuk membentuk generasi Alquran yang siap dan mampu bertanggung jawab membebaskan tanah air serta menunaikan kewajiban berdakwah di jalan Allah Ta’ala. Dr. Abdurrahman menekankan, program Tajul Waqar ini bertujuan untuk meletakkan bangunan yang kokoh dalam mencetak generasi Alquran, serta membantu –walau hanya sedikit– menghidupkan perekonomian Palestina berupa penunjukan sekitar 1100 assatidz dan mentor.
Penyelenggara program juga mengingatkan bahwa program ini membantu menyediakan para imam masjid yang hafal Alquran, serta memanfaatkan waktu liburan agar tidak terbuang sia-sia. Hal ini sejalan dengan firman Allah Ta’ala dalam Alquran Az-Zariyat: 58 yang artinya,”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia selain untuk beribah kepada-Ku.”
Ia menyebutkan, program Tajul Waqar ini serempak diselenggarakan di seluruh penjuru wilayah Jalur Gaza dan berlangsung selama 60 hari yang rata-rata diikuti sekitar 36.000 peserta, diantaranya 10 ribu siswa-siswi yang ingin menghafal Alquran.
Sasarannya adalah Siswa, tapi Pendidik Juga Ikut Andil
Sasaran program ini adalah siswa-siswi sekolah tingkat menengah dan atas usia 12 – 17 tahun, serta para mahasiswa perguruan tinggi dan guru (dosen).
Program hafalan Alquran dimulai dari salat Subuh hingga Dzuhur. Salat Subuh menjadi bagian dari agenda program yang tak bisa dipisahkan. Dalam program Tajul Waqar ini, rata-rata peserta dapat mengahapal 10 halaman per hari. Ada pula yang mampu menghafal lebih dari 20 halaman dalam sehari. Kualitas hafalan dan pemahaman mereka pun kuat.
Program Berkesinambungan
Program Tahfizhul Quran yang digalang Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah selama liburan musim panas ini dilakukan secara berkesinambungan. Pada liburan musim panas tahun 2007, tercatat ada 400 hafizh dan hafizhah (penghafal) Alquran penuh (30 juz), dan sebagian lainnya hafal sejumlah juz. Musim panas tahun 2008, program hafalan Alquran dengan nama ”Tabashir Nasr” digelar dan berhasil mencetak sekitar 3.000 penghafal Alquran. Musim panas tahun 2009, program Tajul Waqar I ‘Mahkota Ketegaran I’ mencetak 10.000 penghafal Alquran. Pada musim panas tahun 2010, program Tajul Waqar II ‘Mahkota Ketegaran II’ berhasil mencetak 50.000 penghafal Alquran dan mewisuda 24.000 penghafal Alquran. Sementara pada Musim panas 2011, program Tajul Waqar III ‘Mahkota Ketegaran III’ mencetak 2500 penghafal Alquran, ditambah 1000 huffazh yang masih duduk di bangku sekolah.
Program ini menjadi salah satu dari ratusan program dakwah yang berperan dalam membentuk pribadi muslim dan menampilkan Gaza sebagai wilayah yang tak pernah gentar melawan musuh-musuhnya.
Dukungan Pemerintah Palestina
Perdana Menteri Palestina, Ismail Haneya, menegaskan tentang sikap pemerintah yang mendukung kamp-kamp penghafal Alquran dalam rangka mencapai kemenangan.
Dalam pidatonya, Haneya berjanji akan mengkhususkan anggaran pemerintah untuk mendukung kamp-kamp Alquran yang telah berhasil melahirkan para hafizh dan hafizhah, walau dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Haneya memuji rakyat yang tetap tegar menghadapi berbagai konspirasi dan tipu daya musuh yang berupaya menjauhkan rakyat Gaza dari aqidah Islam dan ajaran agama mereka. Ia menegaskan, konspirasi mereka tidak akan pernah sukses.
Di tempat lain, Syaikh Ali Badihdah dari Saudi Arabia, melalui konferensi video dari Madinah, memuji keberhasilan Jalur Gaza dalam melahirkan para hafizh dan hafizhah di tengah ketatnya konspirasi dan blokade internasional. Ia meminta para penghafal Alquran agar memahami keagungan nikmat Allah pada mereka berupa kemampuan menghafal Alquran. Ia menyerukan agar langkah ini terus dilanjutkan dan mendorong rakyat Gaza untuk mendukung semua langkah yang telah ditempuh lembaga Daar Al-Quran.
Reaksi atas Makar Musuh
Sesuai siaran pers Daar Al-Quran, salah satu latar belakang penting diadakannya program ini adalah terus berlangsungnya penistaan dari orang-orang kafir dan salibis terhadap Alquran dan Sunnah Nabi. Penistaan semacam ini harus dilawan dengan cara membuat program yang mencetak para penghafal Alquran dan pemegang teguh manhaj Allah Ta’ala.
Mereka menambahkan, program ini termasuk bentuk reaksi atas perang yang dilancarkan oleh penjajah dan sekutunya dalam merusak moral generasi muda, serta penghancuran terhadap masjid dan markas-markas penghafal Alquran milik Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah. (AA/AWG-IC/berbagai sumber)
Gaza berasal dari kata Ghazwah dan Ghazawaat , yang artinya peperangan. Penggunaan nama ini sudah pasti bukan tanpa maksud. Mengingat sejak ratusan tahun lalu, Gaza merupakan arena peperangan. Banyak terjadi peperangan untuk memperebutkan daerah ini. Perang terakhir yang masih segar di ingatan kita terjadi pada akhir tahun 2008 lalu. Bahkan hingga kini, Gaza masih dalam status daerah perang. Setiap harinya kerap ada serangan dan ledakan dari rudal-rudal pesawat pasukan udara penjajah Zionis Yahudi.
Meski diblokade dalam wilayah zona perang, potongan wilayah suci Palestina ini sangat terkenal dengan intensitasnya dalam mencetak para penghafal Alquran. Terbukti dengan adanya program tahunan bagi para penghafal Alquran dan ribuan huffazh Alquran yang berhasil diluluskan.
Program Tajul Waqar ‘Mahkota Ketegaran’
Program Tajul Waqar ‘mahkota ketegaran’ adalah program rutin yang dijalankan oleh Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah di Gaza, Palestina. Lembaga ini intens mensosialisasikan Kebiasaan menghafal Alquran dan berupaya agar setiap rumah di Gaza memiliki penghafal Alquran.
Untuk menyukseskan program ini, disiapkan 1100 assatidz dan mutabi’ (pemantau) untuk disebar ke penjuru Jalur Gaza guna membina generasi Qur’ani.
Penyelenggara program ini menegaskan, Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah berkonsentrasi dalam bidang ini agar siapa saja yang melihat Gaza paham bahwa penduduk Gaza telah memikul kalam Allah dan dididik di atas meja-meja Alquran serta berperilaku dengan perilaku Alquran.
Menurut Ketua Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah, Dr. Abdurrahman al Jamal, program ini dilaksanakan pada liburan sekolah musim panas. Masa liburan dimanfaatkan untuk membentuk generasi Alquran yang siap dan mampu bertanggung jawab membebaskan tanah air serta menunaikan kewajiban berdakwah di jalan Allah Ta’ala. Dr. Abdurrahman menekankan, program Tajul Waqar ini bertujuan untuk meletakkan bangunan yang kokoh dalam mencetak generasi Alquran, serta membantu –walau hanya sedikit– menghidupkan perekonomian Palestina berupa penunjukan sekitar 1100 assatidz dan mentor.
Penyelenggara program juga mengingatkan bahwa program ini membantu menyediakan para imam masjid yang hafal Alquran, serta memanfaatkan waktu liburan agar tidak terbuang sia-sia. Hal ini sejalan dengan firman Allah Ta’ala dalam Alquran Az-Zariyat: 58 yang artinya,”Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia selain untuk beribah kepada-Ku.”
Ia menyebutkan, program Tajul Waqar ini serempak diselenggarakan di seluruh penjuru wilayah Jalur Gaza dan berlangsung selama 60 hari yang rata-rata diikuti sekitar 36.000 peserta, diantaranya 10 ribu siswa-siswi yang ingin menghafal Alquran.
Sasarannya adalah Siswa, tapi Pendidik Juga Ikut Andil
Sasaran program ini adalah siswa-siswi sekolah tingkat menengah dan atas usia 12 – 17 tahun, serta para mahasiswa perguruan tinggi dan guru (dosen).
Program hafalan Alquran dimulai dari salat Subuh hingga Dzuhur. Salat Subuh menjadi bagian dari agenda program yang tak bisa dipisahkan. Dalam program Tajul Waqar ini, rata-rata peserta dapat mengahapal 10 halaman per hari. Ada pula yang mampu menghafal lebih dari 20 halaman dalam sehari. Kualitas hafalan dan pemahaman mereka pun kuat.
Program Berkesinambungan
Program Tahfizhul Quran yang digalang Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah selama liburan musim panas ini dilakukan secara berkesinambungan. Pada liburan musim panas tahun 2007, tercatat ada 400 hafizh dan hafizhah (penghafal) Alquran penuh (30 juz), dan sebagian lainnya hafal sejumlah juz. Musim panas tahun 2008, program hafalan Alquran dengan nama ”Tabashir Nasr” digelar dan berhasil mencetak sekitar 3.000 penghafal Alquran. Musim panas tahun 2009, program Tajul Waqar I ‘Mahkota Ketegaran I’ mencetak 10.000 penghafal Alquran. Pada musim panas tahun 2010, program Tajul Waqar II ‘Mahkota Ketegaran II’ berhasil mencetak 50.000 penghafal Alquran dan mewisuda 24.000 penghafal Alquran. Sementara pada Musim panas 2011, program Tajul Waqar III ‘Mahkota Ketegaran III’ mencetak 2500 penghafal Alquran, ditambah 1000 huffazh yang masih duduk di bangku sekolah.
Program ini menjadi salah satu dari ratusan program dakwah yang berperan dalam membentuk pribadi muslim dan menampilkan Gaza sebagai wilayah yang tak pernah gentar melawan musuh-musuhnya.
Dukungan Pemerintah Palestina
Perdana Menteri Palestina, Ismail Haneya, menegaskan tentang sikap pemerintah yang mendukung kamp-kamp penghafal Alquran dalam rangka mencapai kemenangan.
Dalam pidatonya, Haneya berjanji akan mengkhususkan anggaran pemerintah untuk mendukung kamp-kamp Alquran yang telah berhasil melahirkan para hafizh dan hafizhah, walau dalam kondisi yang sangat mengkhawatirkan. Haneya memuji rakyat yang tetap tegar menghadapi berbagai konspirasi dan tipu daya musuh yang berupaya menjauhkan rakyat Gaza dari aqidah Islam dan ajaran agama mereka. Ia menegaskan, konspirasi mereka tidak akan pernah sukses.
Di tempat lain, Syaikh Ali Badihdah dari Saudi Arabia, melalui konferensi video dari Madinah, memuji keberhasilan Jalur Gaza dalam melahirkan para hafizh dan hafizhah di tengah ketatnya konspirasi dan blokade internasional. Ia meminta para penghafal Alquran agar memahami keagungan nikmat Allah pada mereka berupa kemampuan menghafal Alquran. Ia menyerukan agar langkah ini terus dilanjutkan dan mendorong rakyat Gaza untuk mendukung semua langkah yang telah ditempuh lembaga Daar Al-Quran.
Reaksi atas Makar Musuh
Sesuai siaran pers Daar Al-Quran, salah satu latar belakang penting diadakannya program ini adalah terus berlangsungnya penistaan dari orang-orang kafir dan salibis terhadap Alquran dan Sunnah Nabi. Penistaan semacam ini harus dilawan dengan cara membuat program yang mencetak para penghafal Alquran dan pemegang teguh manhaj Allah Ta’ala.
Mereka menambahkan, program ini termasuk bentuk reaksi atas perang yang dilancarkan oleh penjajah dan sekutunya dalam merusak moral generasi muda, serta penghancuran terhadap masjid dan markas-markas penghafal Alquran milik Ma’had Daar Al-Quran Al-Karim was Sunnah. (AA/AWG-IC/berbagai sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar